TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menandatangani nota kesepahaman kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan Pemerintah Republik Rakyat Cina pada hari ini. Penandatanganan itu dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dengan Administrator National Energy Administration (NEA) Republik Rakyat Tiongkok (RRT), H.E. Nur Bekri, sejalan dengan kegiatan The 5th Indonesia-China Energy Forum (ICEF V).
Jonan mengatakan forum ini kembali dilakukan setelah terakhir dilakukan pada 7 tahun lalu, yakni tahun 2010. "Sebagai negara yang sudah berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang. kita tetap menerima dan welcome investasi asing dengan prinsip yang saling menguntungkan," ujarnya di JW Marriot, Jakarta, Senin, 13 November 2017.
Baca: ESDM: Rusia dan Cina Berminat Kelola Migas Indonesia
Selain melakukan penandatanganan nota kesepahaman sebagai payung hukum ke depannya, kedua negara juga bakal membentuk dua working group, yaitu minyak, gas bumi dan batubara; serta energi baru, terbarukan dan ketenagalistrikan.
Adapun kegiatan ini diikuti oleh 96 perusahaan asal Cina, dan 40 perusahaan asal Indonesia. Jonan berharap adanya nota kesepahaman dan forum itu bisa dilanjutkan menjadi tahap kegiatan yang lebih kongkret. "Bukan cuma diskusi ya, tapi langsung merumuskan apa yang akan dilakukan dalam waktu dekat," ujarnya. Pertemuan itu, kata Jonan, bakal diikuti oleh 96 perusahaan asal Cina dan 40 perusahaam asal Indonesia.
Beberapa kerja sama yang sudah dilakukan Indonesia dengan Cina yakni investasi perusahaan minyak dan gas bumi negara tirai bambu tersebut di Indonesia. Sejumlah perusahaan Cina yang berinvestasi dan beroperasi di Indonesia di bidang minyak dan gas bumi dengan wilayah kerja Operasional Blok dan Non-Operasional Blok, yaitu SINOPEC , Petrochina, dan CNOOC.
Selanjutnya untuk kerja sama di bidang ketenagalistrikan, telah ada beberapa perusahaan Cina yang ikut berpartisipasi dalam investasi bidang ketenagalistrikan di Indonesia, baik itu dalam Proyek 35 GW maupun proyek ketenagalistrikan di luar proyek 35 GW. Cina tercatat ikut berinvestasi dalam proyek bidang ketenagalistrikan 35 GW, dalam 2 skema yaitu EPC (Enginering, Procurement, and Construction) sebesar 3 persen dan IPP (Independent Power Producer) 36 persen dari total keseluruhan.
Negeri Cina bambu juga ikut berpartisipasi aktif dalam beberapa proyek di luar Proyek 35 GW, seperti PLTU Banten I, PLTU Banten II, PLTU Banten III, PLTU I Jawa Barat, PLTU II Jawa Barat, PLTU I Jawa Tengah, dan beberapa PLTU besar lainnya di wilayah Indonesia.
Sementara di bidang mineral dan batu barat, tercatat beberapa kerjasama, misalnya Alumunium Corporation of China Ltd. (Chinalco) bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk dan PT Inalum membangun Smelter Grade Alumina di Kabupaten Mempawah (SGA Mempawah), Kalimantan Barat. Smelter yang direncanakan memiliki kapasitas satu juta ton per tahun ini diperkirakan menelan investasi sebesar US$ 1,5-1,8 miliar.
Selanjutnya, Antam dan Inalum akan membentuk perusahaan patungan dengan Chinalco. Perusahaan itu akan mengoperasikan smelter, dengan pihak Indonesia memegang saham mayoritas, minimal 51 persen.