TEMPO.CO, Pontianak -Bank Central Asia (BCA) bekerja sama dengan IdEA, asosiasi e-commerce Indonesia, menggelar Kenduri e-UKM yang dihelat di Pontianak, Kalimantan Barat.
"Saat ini pengembangan UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) yang menggunakan e-commerce masih terbesar di Jakarta (Jawa)," kata David Sumuel, chief Economist Bank Central Asia (BCA), di Pontianak, Selasa, 7 November 2017.
Menurut David, saat ini pelaku UMKM online hanya berkisar 5 persen dari jumlah UMKM di Indonesia. Padahal pengembangan usaha berbasis digital sudah merupakan keniscayaan, karena tuntutan jaman.
Pengembangan usaha dengan pemasaran e-commerce ini merupakan salah satu cara untuk memperkuat pasar dan jaringan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Kota Pontianak merupakan satu dari 11 kota di Indonesia, yang menggelar kegiatan workshop untuk UMKM. Nama Kenduri untuk tajuk acara berarti selamatan. Diharapkan Kenduri jadi pijakan awal untuk memulai pengembangan UMKM berbasis digital ini.
Baca: Jurus Kemenkop dan UKM Mempermudah Perizinan UMKM
Setyo Harsoyo, CEO Sprint Asia, salah satu anggota IdEA, mengatakan peran UMKM dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia harus diperhitungkan. "Kegiatan ini mengajak pelaku UMKM untuk bertrasformasi ke era digital. Namun, transformasi digital harus bersinergi dengan pemangku kebijakan," tambahnya.
IdEA menargetkan 5000 UMKM se Indonesia dapat bergabung dalam e-commerce. "Saat ini sifatnya masih kerjasama. Peserta kita ajarkan bagaimana mengoptimalkan sosial media untuk berbisnis, misalnya penggunaan Facebook, Instagram dan lainnya," kata Setyo.
Tahun depan akan digelar kegiatan yang sama pada 23 kota di Indonesia. Targetnya, bisa jadi dua kali lipat UMKM yang terdaftar menjadi e-commerce, dari pencapaian saat ini. Kekuatan berjejaring, kata dia, diharapkan dapat membuat UMKM bertahan dari gempuran produk luar maupun pelaku usaha dengan modal yang kuat.
Heni Salwati, salah satu peserta yang bergerak di bisnis konveksi mengaku sangat terbantu dengan kegiatan tersebut. "Saya bisa bersiap untuk menghadapi era digital sebagai pelaku usaha. Terutama bagaimana konsep pengembangan dan branding," kata Salah. Dia juga terbantu bagaimana melengkapi persyaratan untuk dapat kucuran bantuan perbankan.
Beny Thanheri, pelaku usaha oleh-oleh khas Pontianak, menambahkan, bahwa besarnya segmentasi pasar di dunia maya harus dimanfaatkan. "Jika tidak, kita selaku pengusaha juga bisa tertinggal dengan pola-pola bisnis saat ini yang sangat cair perkembangannya," ujar Beny.
Lain halnya dengan Yoga Chandra. Pelaku usaha ayam hias ini mengaku pelatihan yang didapat masih standar. "Sebenarnya materi itu sudah bisa didapat di Internet. Mungkin perlu pelatihan tingkat lanjut," katanya. Maka dia mengharapkan jejaring yang dibangun ke depan dapat membuka peluang bisnis yang lebih besar pula.