TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu poin penting dalam memulai berinvestasi adalah memiliki modal. Sebagai alternatif, beberapa perusahaan perbankan menawarkan kredit investasi untuk menalangi modal itu.
Kendati begitu, Institutional Sales Manager PT Schroders Investment Management Indonesia Ricky Samsico menilai untung rugi meminjam modal dari produk kredit investasi bergantung kepada bidang investasi yang dimaksud.
"Investasinya dimana dulu. Kalau main saham, misalnya untung bagus, kalau rugi gimana? apa enggak tambah dalem tuh hutangnya," ujar Ricky kepada Tempo, Kamis, 2 November 2017. Alasannya, perbankan mengenakan bunga yang cukup tinggi untuk pinjaman investasi itu.
Belum lagi, kalau melihat sifat investasi yang jangka waktunya panjang. "Sementara hutang kita jangka pendek yang bunganya bakal semakin besar," tuturnya. "Jadi enggak usah, jangan, berbahaya."
Kalau memang hendak berinvestasi, Ricky menyarankan berhutang kepada bank untuk mencicil rumah atau properti lantaran nilai properti yang semakin lama semakin naik. Sebagai contohnya, untuk properti Rp 1 miliar, katakanlah nasabah mengambil pinjaman sebesar Rp 700 juta yang bisa dicicil selama 10 tahun.
Dalam jangka waktu 10 tahun, kata Ricky, apabila nilai properti memiliki kenaikan sebesar 10 persen, maka di tahun pelunasan nasabah bakal memiliki aset dengan harga yang berkali lipat dibanding saat meminjam dan risiko yang lebih kecil dibanding mengambil kredit investasi. "itu kan akan naik-naik terus," ujarnya.