TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyinggung tren bisnis perusahan rintisan (startup) generasi milenial yang unik. Sebab, meski bisnisnya terlihat merugi, sahamnya tetap laku di pasar bursa.
Menurut ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistyaningsih, prospek bisnis startup sangat menjanjikan, sehingga diminati investor atau penanam modal. Pada tahap awal, bisnis startup memang banyak yang terlihat merugi, tapi di masa depan sangat berpeluang dikembangkan.
"Mereka (penanam modal) banyak yang membiayai startup yang secara bisnisnya merugi di awal, tapi sebenarnya mereka melihat prospek bisnisnya. Mereka juga melihat masa depannya menjanjikan atau tidak," kata Lana kepada Tempo, Jumat, 3 November 2017.
Lana mencontohkan, startup seperti Traveloka dulu terlihat merugi. Namun Traveloka saat ini sudah mencatatkan keuntungan. Bahkan pendapatannya sudah melebihi biro perjalanan yang sudah lebih dulu melantai di bursa saham. "Hal semacam ini yang dilihat penanam modal. Mereka juga sudah mengkalkulasi," ucapnya.
Selain itu, Lana memberi contoh, ada perusahaan yang sepertinya terlihat merugi tapi sangat menjanjikan di masa depan, seperti Go-Jek. Penumpang Go-Jek, kata dia, saat ini mendapat subsidi jika menaiki transportasi online tersebut.
Tujuan mereka memberikan subsidi kepada penumpang dan sopirnya adalah untuk mencari pasar pengendara terlebih dahulu. Setelah mendapatkan permintaan atau pasar yang cukup besar, mereka akan mendapat keuntungan yang lebih dari hal tersebut.
"Memang subsidinya terlihat cukup besar untuk penumpang," ujar Lana. Namun, menurut dia, kalau dilihat lebih dalam lagi, mereka juga masih untung. Go-Jek, misalnya, tidak mengeluarkan capital expenditure atau modal besar sebagai perusahaan transportasi untuk menyediakan kendaraan bagi mitranya.
"Go-Jek tidak menyiapkan sepeda motor bagi mitranya," katanya. Mereka hanya membagi hasil keuntungan dengan mitranya. "Dari situ saja sebenarnya mereka sudah untung. Dan lewat layanan mengantar makanan, seperti Go-Food, Go-Jek juga sudah diuntungkan karena harganya lebih mahal daripada harga aslinya."
Menurut dia, model subsidi ini diperlukan untuk mendapat pasar yang besar. Para penanam modal sebenarnya melihat keuntungan dalam bisnis yang dikembangkan startup.
Jusuf Kalla sempat menyinggung tren startup di Indonesia saat berbicara dalam acara Prospek Ekonomi Indonesia 2018 di Jakarta, Kamis, 2 November 2017. Kepada peserta acara, dengan nada ringan, ia mengaku tak paham cara anak muda atau milenial berbisnis sekarang.