TEMPO.CO, Bangkalan - Penerapan pembayaran nontunai di jalan tol, termasuk di Jembatan Suramadu, memancing kebingungan pengemudi truk. Rudi, sopir dump truck, mengatakan tak ada fasilitas isi ulang di desanya. Ia harus menempuh perjalanan jauh untuk mencari supermarket atau ATM untuk mengisi ulang kartu pembayaran elektronik.
Ia juga mengeluh karena tak tahu bahwa pembayaran nontunai juga diterapkan di Suramadu. Saat tiba di loket, ia membeli kartu seharga Rp 50 ribu. “Harganya Rp 50 ribu, isi saldonya Rp 40 ribu," ujar sopir truk ini.
Setelah saldo habis, ia bingung di mana harus mengisi ulang kartu. "Di desa saya, enggak ada minimarket. Jadi harus ke kota hanya untuk isi ulang. Jaraknya jauh," ucapnya.
Karena tak mau ruwet soal isi ulang kartu e-toll, ia memilih membuang kartunya bila saldo sudah habis. “Dari pada repot, kalau saldo habis, beli kartu baru saja di loket,” tuturnya .
Selain kebingungan soal mengisi kartu, penerapan pembayaran nontunai di Suramadu justru menambah antrean kendaraan. Masih ada petugas yang berjaga di setiap loket dan membantu pengemudi menempelkan kartu e-toll ke mesin. “Cara bayarnya masih manual, dibantu petugas," kata Razak, pengemudi mobil lain.
Pembayaran nontunai di Suramadu diuji coba sejak Senin, 30 Oktober 2017, dan berlaku resmi sejak Rabu, 1 November 2017. Pengelola Jalan Tol Suramadu telah menyiapkan 6.000 ribu kartu elektronik. Itu langsung ludes dalam waktu 36 jam sejak pembayaran nontunai diberlakukan.