TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pusat Studi Eropa Universitas Renmin Cina, Wang Yiwei, mengatakan One Belt One Road merupakan inisiatif Cina yang memberikan dampak langsung pada masyarakat di antaranya lewat pembangunan infrastruktur. Menurut Wang, konsep Sabuk Ekonomi Jalur Sutra Abad XXI tersebut berbeda dengan pembangunan ekonomi Amerika Serikat yang lebih berat ke pasar keuangan.
“Sekitar 4,4 miliar orang akan terkena dampak langsung dari proyek ini,” kata dia dalam diskusi bertajuk Bagaimana Mempromosikan Kebangkitan Asia melalui One Belt One Road di Universitas Renmin Cina, Ahad, 29 Oktober 2017.
One Belt One Road digagas Presiden Cina Xi Jinping pada September 2013. Inisiatif itu bertujuan membangun jaringan perdagangan dan infrastruktur yang menghubungkan Asia dengan Eropa dan Afrika di sepanjang rute perdagangan jalur sutra kuno. Jalur sutra kuno muncul sejak 207 sebelum Masehi sebagai rute perdagangan dari Cina ke Eropa.
Menurut Wang, One Belt One Road akan berkontribusi 80 persen pada pertumbuhan global ekonomi. Proyek tersebut akan melibatkan sekitar 56 negara termasuk Indonesia. Tidak hanya proyek infrastruktur untuk transportasi udara, tanah, dan laut, One Belt One Road juga untuk interkonektivitas pipa minyak serta jaringan internet yang menghubungkan Asia dengan Eropa.
Wang mengatakan proyek tersebut akan memperpendek jalur distribusi barang. Warga yang berada di sekitar jalur pun akan merasakan dampaknya. Adapun dana pembangunan One Belt One Road di antaranya dari pinjaman Bank Dunia, Asian Development Bank, dan lainnya.
Wang menganggap konsep One Belt One Road berbeda dengan sistem ekonomi yang diterapkan di Amerika Serikat. Perekonomian Negeri Paman Sam, kata dia, fokus pada dunia pasar modal yang hanya berdampak pada orang-orang kaya. Sedangkan One Belt One Road langsung berdampak pada masyarakat umum.
Sedangkan Executive Vice Dean School of Public Administrastion and Policy Guangjian Xi mengatakan One Belt One Road bakal sangat berpengaruh pada ekonomi Cina pada masa depan. “Partai Komunis Cina punya upaya yang lebih gencar untuk mendorong inisiatif Belt and Road,” kata dia.
Menurut Guangjian, proyek One Belt One Road juga merupakan cara Cina mengurangi kesenjangan desa dan kota. Contohnya pembangunan infrastruktur jalan yang akan membuat distribusi barang makin mudah dan akan memicu pertumbuhan perekonomian di sekitarnya.
Saat Konferensi Tingkat Tinggi One Belt One Road pada Mei lalu, Indonesia menawarkan proyek infrastruktur di Sumatera Utara, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utarauntuk digarap bersama Cina. Di Sumatera Utara, pemerintah menawarkan pembangunan jalan dari Kota Medan hingga Sibolga dan fasilitas Pelabuhan Kuala Tanjung. Adapun di Sulawesi Utara, pemerintah menyodorkan pembangunan jalan, jalur kereta api, pelabuhan dan bandara di Bitung-Manado-Gorontalo. Sedangkan di Kalimantan Utara pemerintah menawarkan proyek energi dan pembangkit listrik di Kalimantan Utara.
KODRAT