TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan Ombudsman menyatakan, setiap gerbang tol masih menyisakan satu gardu untuk transaksi tunai mulai 31 Oktober 2017. Semula, semua transaksi pembayaran tol dilakukan secara tunai mulai 31 Oktober 2017.
Anggota BPJT, Kuncahyo, dalam konferensi pers di Gedung Ombudsman, Jakarta, Rabu, 25 Oktober 2017, mengatakan operator tol hanya akan menyediakan satu gardu bermesin hibrid untuk melayani pembayaran tunai dan juga non-tunai di setiap gerbang tol.
Keberadaan mesin hibrid ini untuk penanganan kejadian-kejadian tak terduga saat pembayaran tol, misalnya untuk pengguna jasa tol yang baru pertama kali menggunakan uang elektronik.
Baca: Pembayaran Tunai di Tol Tinggal 12 Persen
Kuncahyo mengimbau masyarakat agar memprioritaskan pembayaran secara non tunai guna mengurangi waktu antrean kendaraan. Pihaknya tetap mengupayakan 100 persen untuk pembayaran non tunai karena sudah ada sosialisasi.
Mesin hibrid ini bisa digunakan untuk kondisi tertentu, misalnya pengguna tol yang baru pertama kali menggunakan uang elektronik (first time user) atau pengguna tol jarak jauh. "Biasanya di paling kiri," katanya pada konferensi pers bersama pimpinan Ombudsman dan Bank Indonesia (BI) itu.
Kuncahyo mengatakan bahwa BPJT akan meminta Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) untuk tetap menggencarkan sosialisasi pembayaran non tunai. Namun, dia menyetujui saran Ombudsman agar pembayaran tunai tetap difasilitasi.
Anggota Ombudsman, Dadan S. Suharmawijaya, dalam konferensi pers yang sama, mengatakan bahwa BPJT dan Bank Indonesia telah sepakat bahwa pada 31 Oktober 2017 yang dilakukan adalah meningkatkan sepenuhnya gerakan non tunai.
Untuk target 100 persen pembayaran non tunai, kata Dadan, diserahkan kepada pengguna tol dan operator. Oleh karena itu, kata dia, BPJT sepakat untuk tetap menyediakan mesin hibrid. "Masih ada hibrid untuk transaksi tunai," ujarnya.
ANTARA