TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Maxensius Tri Sambodo, mengatakan kebijakan konversi liquefied petroleum gas (LPG) membuat nelayan kecil dapat menghemat pengeluaran bahan bakar melaut 40 sampai 60 persen.
"Hal tersebut sangat menguntungkan bagi nelayan," kata Maxensius di Indonesia Science Expo Balai Kartini, Jakarta, Selasa, 24 Oktober 2017.
Simak: LIPI: Subsidi Elpiji 3 Kg Sudah Tidak Sehat
Dari data LIPI, paket converter LPG yang didapat nelayan terdiri satu unit mesin motor, converter kit (selang, regulator, dan injector), dua tabung LPG 3 kilogram, dan satu unit dudukan tabung LPG.
Dari penelitian LIPI di Bali dan Jawa Timur yang melibatkan 38 dan 39 responden di dua daerah tersebut pada 2017, terlihat penggunaan LPG 3 kg di Bali sebanyak 15 tabung per bulan dan 10 tabung per bulan di Jawa Timur.
"Di Bali lebih banyak karena di Bali ombak lebih tinggi sehingga membutuhkan speed lebih cepat," kata Maxensius.
Dalam data LIPI, harga eceran tertinggi (HET) di Bali sebesar Rp 14.500 dan Rp 16 ribu di Jawa Timur. Sedangkan harga konsumen di Bali mencapai Rp 21 ribu dan Rp 18 ribu di Jawa Timur.
"Kondisi margin pengecer yang tinggi itu sebetulnya menjadi masalah besar. Ini ada yang salah dalam mata rantai ini.
Menurut Maxensius, pemerintah harus membuka pangkalan-pangkalan baru untuk menekan harga di tingkat pengecer. Sebab, pengecer yang berhubungan langsung dengan para nelayan.
Adapun kriteria dasar penerima paket converter dari data LIPI adalah nelayan kecil yang memiliki kapal perikanan berkapasitas kurang dari 5 gross ton (GT), kapal perikanan yang dimiliki berbahan bakar bensin, kapal yang digunakan memiliki daya mesin kurang dari 13 horsepower (HP), jenis alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap yang ramah lingkungan, serta belum pernah menerima bantuan sejenis.
HENDARTYO HANGGI