TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan angkutan online berbasis aplikasi asal Malaysia, Grab, merilis data layanan berbagi tumpangan sepeda motor yang diberi nama GrabHitch Bike. Selama setahun terakhir layanan ini diklaim berdampak positif mengurangi kadar polusi dan kemacetan di Jakarta.
Mediko Azwar, Marketing Director Grab Indonesia, mengatakan di kota besar seperti Jakarta yang memiliki tingkat kemacetan tinggi, kepemilikan mobil yang rendah tapi dengan kepemilikan sepeda motor yang tinggi dapat menjadi pasar yang lebih menjanjikan bagi bike-pooling dibandingkan dengan car-pooling.
"Sepeda motor dapat menyelip di tengah kemacetan di mana hal ini tidak bisa dilakukan oleh mobil," ungkapnya melalui siaran pers pada Kamis, 19 Oktober 2017.
Baca: Di Grab School, Anak-anak Pengemudi Diajari Wirausaha
GrabHitch Bike adalah layanan yang mencocokkan pengemudi sepeda motor yang melakukan perjalanan ke tempat kerja dengan penumpang yang memiliki arah atau rute yang sama, sehingga memungkinkan keduanya melakukan perjalanan bersama-sama.
Dengan memungkinkan para komuter berbagi tumpangan, layanan ini juga telah berkontribusi dalam mengurangi 1.057 sepeda motor yang melakukan perjalanan menuju Jakarta per hari dan mengurangi 1,6 juta kilogram emisi karbon per tahun.
Total emisi karbon tersebut setara dengan jumlah karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh lampu meja belajar untuk 4.500 anak untuk belajar sehari penuh dalam setahun.
Baca: Grab dan Singapore Airlines Integrasikan Program Loyalitas
Dengan kata lain, layanan ini telah berkontribusi dalam mengurangi kemacetan, sekaligus mendorong gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
"Dengan adanya kebiasaan di antara masyarakat Indonesia yang memberikan tumpangan kepada teman-temannya, kami yakin terdapat peluang yang besar untuk meningkatkan kualitas transportasi di kota ini dengan berbagi jalan, sepeda motor, dan perjalanan," tuturnya.
Seiring dengan dampak positif tersebut, kata Mediko, Grab berkomitmen untuk terus membudayakan konsep bike-pooling dan memberi manfaat yang dapat dirasakan oleh lebih banyak komuter yang tinggal di pinggiran Jakarta serta masyarakat pada umumnya.