TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yang digelar di Jakarta, Rabu, 18 Oktober 2017, menetapkan perseroan akan melakukan stock split dengan rasio 1:5.
"Rapat menyetujui pemecahan nilai nominal saham dari semula Rp 250 per saham menjadi Rp 50 per saham," ujar Direktur Utama Bank BRI Suprajarto. Rencana perdagangan dengan nilai nominal setelah pemecahan akan dilaksanakan pada 10 November 2017.
Simak: BRI Jadi Bank Pemilik Jaringan ATM Terbanyak
Stock split itu, kata dia, merupakan salah satu bentuk upaya perseroan untuk memberikan sinyal positif atas optimisme manajemen dan kinerja Bank BRI pada masa depan.
Dengan harga saham yang lebih terjangkau masyarakat, bank pelat merah itu menargetkan peningkatan investor base, terutama investor retail domestik. Setelah stock split dilakukan, perseroan berharap terjadi peningkatan likuiditas perdagangan saham BBRI.
"Tujuan utama stock split adalah pemegang saham BBRI atau investor retail akan meningkat sehingga diharapkan frekuensi perdagangan saham juga akan meningkat,” kata Suprajarto. Dengan semakin banyaknya investor retail, kata dia, akan menyeimbangkan harga saham perseroan.
Suprajarto berharap, dengan semakin banyaknya investor lokal yang memiliki saham BRI, masyarakat akan merasa semakin memiliki keterlibatan secara tidak langsung dalam membangun perekonomian nasional.
Aksi korporasi ini juga, kata Suprajarto, dilakukan sebagai bentuk komitmen perseroan guna mendukung program Menabung Saham serta memberikan kesempatan kepada investor retail domestik untuk memiliki saham blue chip. "Kami terus berkomitmen untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat, salah satunya melalui pasar modal," ucapnya.
Pada penutupan perdagangan hari ini, saham Bank Rakyat Indonesia berada pada harga Rp 15.400 atau sama dengan penutupan pada hari sebelumnya.
CAESAR AKBAR