TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan proyek pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW (megawatt ) perlu disesuaikan. Salah satu alasannya adalah terjadinya perlambatan ekonomi.
Darmin mengatakan penyesuaian tak dapat dihindari karena ekonomi tidak tumbuh sesuai prediksi pemeritah. "Pertumbuhan ekonomi tidak setinggi asumsi yang dipakai waktu merancang kebutuhan listrik," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin, 16 Oktober 2017.
Baca juga: Swasta Siap Bangun Pembangkit Listrik 35 Ribu MW, Asalkan...
Proyek ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia hingga 2019 dengan asumsi ekonomi tumbuh sekitar 6-7 persen. Namun ekonomi Indonesia hanya tumbuh sekitar 5 persen hingga tahun lalu.
Darmin mengatakan permintaan listrik pun menurun pada kuartal lalu. "Kuartal lalu, permintaan listrik tumbuh negatif padahal ekonomi tumbuh positif," ujarnya.
Darmin memperkirakan kebutuhan listrik hingga 2019 tidak akan mencapai 35 ribu MW. Jika dipaksakan terpenuhi pada 2019, ada potensi membebani PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dengan catatatan, pertumbuhan ekonomi hingga 2019 tidak mencapai 6-7 persen.
PLN bisa terbebani dengan listrik yang tidak terpakai. Dalam kontrak jual beli antara PLN dan Independent Power Producer (IPP) terdapat mekanisme Take or Pay.
Mekanisme itu mewajibkan PLN sebagai pembeli listrik membayar sekitar 80 persen dari kapasitas maksimal pembangkit listrik. PLN tetap harus membayar meski hanya menggunakan 50 persen pasokannya. "Mau dipakai atau tidak (listriknya), kalau pembangkitnya sudah selesai ya harus dibayar," kata Darmin.
Kepala Kantor Staf Kepresidenan Teten Masduki juga menyuarakan hal senada. Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi tak sesuai dengan proyeksi pemerintah pada 2014. "Sehingga mungkin saja disesuaikan," kata dia di kantornya.
Deputi III Kantor Staf Presiden Deni Puspa Purbasari mengatakan saat ini ada sekitar 9 ribu MW yang masih berstatus perencanaan. "Itu yang mungkin untuk disesuaikan," kata dia tentang proyek listrik 35 ribu MW.