TEMPO.CO, Jakarta -Senior Mentor T3B System Leonardus Budi Suryanto mengatakan fenomena meroketnya saham Kioson, baru dapat dilihat apakah fenomena tersebut hanya sesaat atau memang investor memandang cerah sektor fintech, membutuhkan waktu.
"Belum ada pegangan dulu, kami harus melihat tiga sampai enam bulan ke depan, untuk memastikan tren sahamnya lebih dulu," kata Leonardus Budi Suryanto, Jumat, 13 Oktober 2017.
Adapun saham PT Komersial Indonesia Tbk atau KIOS terus meningkat sejak Initial Public Offering atau IPO.
Apalagi, kata Leonardus, secara value dan volume transaksi KOIS masih tidak terlalu besar. Ia mengatakan bahwa fenomena fintech akan menjadi trend di masa depan.
"Hanya saja, semua soal saham itu adalah soal sentimen publik ke sahamnya. So far, volume dan trend belum menarik, bukan berarti tidak bisa naik sahamnya," kata Leonardus.
Jumat 13 Oktober 2017, saham KIOS dibuka 1500 per lembar, kemudian ditutup pada 1700 per lembar saham. Hal tersebut menunjukkan kenaikan 25 persen. Terlihat pula market cap mencapai Rp 1,11 triliun.
Analis Binaartha Securitas Reza Priyambada mengatakan perusahaan fintech atau bukan sebenarnya sama saja. Menurutnya di pasar mana yang bisa memberikan pertumbuhan kinerja maka akan diapresiasi positif.
"Kalau IPO sebenarnya belum bisa jadi ukuran, karena itu kan lebih ke reaksi sesaat. Biasanya enam sampai 12 tahun baru sudah terlihat historisnya," kata Reza Priyambada menanggapi saham Kioson.
HENDARTYO HANGGI