TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan hari ini, Jumat, 13 Oktober 2017. Rupiah ditutup menguat 0,04 persen atau 6 poin di Rp 13.498 per dolar AS. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp 13.489–Rp 13.519 per dolar AS.
Penguatan rupiah berlangsung pada saat mayoritas mata uang di Asia juga menguat, dengan kenaikan tertajam dialami won Korea Selatan yang naik 0,38 persen, disusul oleh rupee India yang naik 0,28 persen.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,01 persen atau 0,006 poin di level 93,051 pada pukul 16.40 WIB.
Dolar AS merosot ke zona merah di tengah penantian para investor atas rilis data inflasi AS demi mencermati kecenderungan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk tetap teguh pada rencana penaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini.
Baca: Reaksi Pasar Saham Adem Ayem Terhadap Pelantikan Anies-Sandi
Risalah rapat kebijakan The Fed pada 20 September menunjukkan banyaknya pembuat kebijakan yang berpikir kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam pertemuan kebijakan pada Desember akan tetap terjadi.
Namun, beberapa lainnya juga mencatat bahwa langkah pengetatan lebih lanjut bergantung pada data inflasi yang akan datang.
“Banyak peserta (rapat) menyatakan keprihatinan data inflasi yang rendah tahun ini mungkin mencerminkan pengaruh perkembangan yang dapat terbukti lebih berlanjut,” tulis The Fed dalam risalahnya.
Nilai tukar rupiah pada Jumat pagi tadi, 13 Oktober 2017, dibuka dengan pelemahan 0,05 persen atau 7 poin di Rp 13.511 per dolar AS.