TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Herry Trisaputra Zuna optimistis target 100 persen transaksi non-tunai bakal tercapai pada 31 Oktober mendatang.
Menurut data hingga 8 Oktober 2017, dia mengatakan perkembangannya sudah 75 persen di seluruh Indonesia. "Tinggal mengejar 25 persen lagi," ujar dia kepada Tempo, Selasa, 10 Oktober 2017.
Pemberlakuan aturan itu, kata dia, sudah tetap, yakni 31 Oktober 2017 dan tidak bakal ada pemunduran rencana. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat untuk segera beralih ke uang elektronik, kendati peraturan itu baru efektif akhir bulan ini.
Dia meminta agar masyarakat tidak perlu menunggu last minute untuk bermigrasi. Untuk mencapai target itu, dia mengatakan akan terus menggenjot sosialisasi kepada masyarakat mengenai penggunaan uang elektronik.
Saat ini, uang elektronik dapat diperoleh di sejumlah titik misalnya di minimarket, bank terkait, SPBU, maupun di gerbang tol.
Kendati demikian dia menghimbau para pengguna jalan tol agar selalu mengecek saldo kartu uang elektroniknya sebelum bepergian menggunakan jalan tol. Sebab, menurut dia gerbang tol memang tidak didesain untuk melakukan isi ulang e-money. "Kan sebenarnya pilihannya banyak, tidak harus di gerbang tol," Ujarnya kepada Tempo, Selasa, 10 Oktober 2017.
Herry menyebutkan alasan gerbang tol tidak dirancang untuk mengisi uang elektronik adalah untuk menjaga agar tidak terjadi antrean panjang di gerbang tol akibat kegiatan itu. Apalagi, area gerbang tol cenderung sempit, sedangkan volume yang masuk sangat banyak.
Pada praktiknya, memang ada gerbang tol yang menyediakan fasitas isi ulang di gerbang tol. "Karena di lapangan kan memang menuntut itu ya," kata dia. Namun, fasilitas itu tidak bakal berlaku menyeluruh. "Artinya jangan berharap nanti di setiap pintu masuk ada tempat top-up."
Herry mengatakan, setiap harinya transaksi di jalan tol bisa 5 juta transaksi. Sementara, untuk nilai transaksi bisa mencapai Rp 12 triliun per tahun.
CAESAR AKBAR