TEMPO.CO, Jakarta - Founder Medicuss Foundation Jossep Wiliam mengatakan Indonesia telah menjadi eksportir merkuri ketiga terbesar di dunia, sejak 2015. Padahal, awalnya Indonesia merupakan negara pengimpor merkuri.
"Sebab, Indonesia mempunyai bahan baku untuk membuat merkuri, yakni batu cinnabar di sejumlah wilayah," kata Jossep di Jakarta, Senin, 9 Oktober 2017. "Indonesia sudah masuk zona merah."
Berdasarkan catatannya, pada 2015 Indonesia mengekspor 283,767 kg merkuri ke sejumlah negara. Pada pada tahun berikutnya angka ekspornya bertambah menjadi 680,440 kg.
Adapun potensi pembuatan merkuri di Indonesia mencapai 400-500 ton per tahun di bawah negara Cina dan Mexico. Selain itu, 30 persen merkuri ilegal dunia masuk ke Indonesia, yang jumlahnya bisa ratusan ton per tahun. "Suplai merkuri impor ilegal dunia paling banyak masuk dari Singapur, bahkan 40 persen dari merkuri ilegal ke Indonesia dari sana (Singapur)," ucapnya.
Semua pihak, kata dia, harus ikut membantu dalam mencegah peredaran merkuri. Sebab, Indonesia dari negara impor telah menjadi negara eksportir merkuri. Padahal, berdasarkan peraturan sudah tidak boleh lagi untuk mengekspor merkuri karena bahaya yang menyebabkan kerusakan besar di muka bumi.
Lebih lanjut ia menambahkan Indonesia juga masuk 22 dari 100 negara yang berpotensi untuk investasi tambang merkuri. Bahkan, Indonesia menjadi negara terbesar untuk menghasilkan merkuri atau emas. "Sudah banyak dampak dari merkuri yang dirasakan rakyat Indonesia," ucapnya.
Menurutnya, keracunan merkuri bisa muncul sebagai penyakit apa saja. Namun, yang dikhawatirkan dari bahaya merkuri dapat merusak otak janin yang berada dalam kandungan. "Ada pihak luar yang ingin menyerbu Indonesia, tanpa kontak fisik. Mereka menggunakan merkuri untuk menurunkan intelektualitas anak," ujarnya.
Bahkan, dalam dosis ringan saja, merkuri sudah bisa memengaruhi emosi manusia. Orang yang terpapar merkuri dalam jumlah sedikit akan cepat emosi. "Sangat berbahaya barang ini, karena sifatnya racun," katanya.
IMAM HAMDI