TEMPO.CO, Jakarta - Institut Teknologi Bandung dan Bank Negara Indonesia menggalang dana lewat Reksadana ITB Harmoni. Tujuan penggalangan dana untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti pembelian instrumen baru di laboratorium kampus. "Soft launching segera, tapi peluncuran masih menunggu administrasi dari Otoritas Jasa Keuangan," kata Basaria Martha Juliana, Pemimpin Konsumer Banking Wilayah BNI Bandung, di Gedung Rektorat ITB, Senin, 9 Oktober 2017.
Menurut Martha, ada empat jenis investasi yang ditawarkan. Platinum misalnya, uang pokok dan hasilnya diserahkan semuanya ke ITB. Gold adalah uang pokok Rp 1 juta, hasilnya saja yang diberikan ke ITB.
Baca juga: Ranking Terbaru Universitas Dunia, ITB Melesat 70 Peringkat
Jenis Silver membagi dua besaran hasil Reksadana tersebut. Adapun jenis Reguler, semua hasil masuk kantong pembeli seperti Reksadana biasa. "Yang digarap dalam waktu dekat adalah alumni ITB, kalangan non-alumni yang paling dekat misalnya orang tua mahasiswa," kata Martha yang lulusan Teknik Pertambangan ITB itu.
Tahap awal penjualan Reksadana ITB itu dimulai dari dalam kampus lewat cabang BNI. Menurut Martha, cara serupa juga dijalin BNI dengan kampus lain seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. "Motivasinya sama seperti untuk dana abadi, sarana, serta prasarana," katanya.
Nantinya dana yang masuk akan dikumpulkan Badan Pengelolaan Dana Abadi ITB yang membuka rekening di BNI. Dana kata Martha, selanjutnya dikelola anak perusahaan yaitu BNI Aset Manajemen. "Jadi setiap bulan akan ada hasilnya untuk dibagi sesuai jenis investasi yang dipilih," ujar dia.
Pada tahun pertama ini BNI dan ITB memulainya dengan proses edukasi kepada alumni dengan pencapaian pertumbuhan 20 persen dari total alumni. Edukasi itu antara lain ketika acara wisuda maupun penerimaan mahasiswa baru. Peluncuran Reksadana ITB Harmoni direncanakan saat lomba dan festival marathon BNI-ITB pada 15 Oktober 2017.
Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB Hari Muhammad mengatakan, dana sumbangan alumni diperlukan untuk pembelian peralatan laboratorium. Perangkat untuk praktikum misalnya, yang layak pakai pada era 1980-1990. "Setelah itu stop bantuan dari pemerintah. Sekarang juga dari kampus jumlahnya kecil," katanya.
ANWAR SISWADI