TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan investasi yang digulirkan empat bank pelat merah dalam proses integrasi anjungan tunai mandiri atau ATM ditanggung secara merata, masing-masing sekitar seperempat dari kebutuhan.
Lebih detil kebutuhan investasi tidak disebutkan oleh Deputi Jasa Survei, Keuangan, dan Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo. Dia hanya mengutarakan bahwa besaran nilai investasi ke depan ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama.
“Jadi, ke depan gotong royong saja supaya lebih murah. Karena, ke depan, misalnya sepuluh tahun lagi, belum tentu masyarakat masih pakai ATM, teknologi kan berkembang,” ucapnya, di Jakarta, Sabtu, 7 Oktober 2017.
Baca: BNI Beri Pinjaman Modal Usaha Bagi Penjual Bensin Eceran
Bank yang terlibat merupakan empat bank pelat merah, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Himpunan Bank Negara (Himbara) diproyeksikan dapat melakukan efisiensi sekitar Rp 6 triliun sampai Rp 7 triliun seiring dengan integrasi ATM melalui PT Jalin Pembayaran Nusantara (JPN) ini. Adapun tingkat efisiensi masing-masing bank yang didapatkan melalui integrasi ini beragam.
Sampai saat ini, terdapat 15 ribu ATM Himbara yang sudah diintegrasikan. Sampai akhir tahun 2017, integrasi ATM Himbara ditargetkan secara total mencapai 30 ribu.