TEMPO.CO, Jakarta - PT GMF AeroAsia Tbk akan resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 10 Oktober 2017. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan MRO (maintenance, repair, overhaul) atau perusahaan pemeliharaan pesawat terintegrasi di Indonesia pertama yang mencatatkan saham di BEI.
"Kami yakin dan optimistis ini adalah jalan terbaik untuk meningkatkan nilai perusahaan dan berkontribusi lebih kepada Indonesia," kata Presiden Direktur PT GMF AeroAsia Tbk Iwan Joeniarto dalam siaran pers di situs perusahaan, Jumat, 29 September 2017.
Analis Binaartha Securitas, Reza Priyambada, mengatakan investor kian menunjukkan antisipasi terhadap saham GMF. Analis maupun manajer investasi, baik di dalam maupun luar negeri, memberikan resepsi positif atas rencana investasi GMF.
"Bahkan GMF, dalam posisinya sebagai perusahaan MRO global, mendapatkan lampu hijau dari investor asing karena perusahaan ini memiliki biaya operasi yang kompetitif di industrinya dalam cakupan regional," ujarnya, Senin, 9 Oktober 2017.
Analis melihat akan ada perpindahan dana dari investor perusahaan MRO lain di regional untuk beralih ke GMF.
Menurut analisis tim Binaartha Securitas sebelumnya, GMF akan membangun empat fasilitas perawatan pesawat dengan investasi senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,66 triliun dengan kurs Rp 13.323 per US$. GMF berencana melakukan ekspansi dengan membangun fasilitas MRO baru di luar negeri, yakni di Australia, Cina, dan Uni Emirat Arab.
"Dengan adanya tambahan dana IPO, tentunya GMF dapat merealisasikan hal ini sehingga kinerjanya pun dapat mengalami peningkatan," ucap Reza.
Reza menilai isu terbaru mengenai temuan audit Badan Pemeriksa Keuangan pada kinerja Garuda Indonesia dan kemungkinan denda GMF disebabkan service level agreement dalam perawatan pesawat Garuda dan Citilink tidak mencapai target. Hal tersebut tidak memberikan dampak secara materiil kepada investor.
"Ini bukanlah masalah serius yang harus menjadi pertimbangan investor dan timing-nya terlihat sengaja untuk membingungkan investor," tuturnya.
Menurut Reza, temuan tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja ataupun target pencapaian manajemen untuk membawa perusahaan ke arah yang lebih baik lagi setelah IPO. Tidak ada yang berubah dari target pencapaian perusahaan selain memberikan nilai tambah bagi kinerja, yang nantinya akan berimbas positif pada nilai tambah bagi para pemegang saham.
"Industri MRO ini aman dari sisi pendapatan, juga prospek pertambahan lain saat ekspansi mereka telah terlaksana," katanya.
Sebagai perusahaan MRO peringkat 13 di dunia, menurut Reza, investasi dari masyarakat Indonesia akan mudah menaruh GMF pada jajaran Top 10 MRO in the World. "Suatu kebanggaan juga untuk dapat melihat karya anak bangsa di berbagai bandar udara di seluruh dunia," ujarnya.
HENDARTYO HANGGI