TEMPO,CO. Pangkalpinang - Indonesia Zinc Aluminum Steel Industry (IZASI) mengapresiasi keputusan pemerintah yang telah menyetujui perpanjangan safeguard melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2017 tentang pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) terhadap impor produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan.
"Kami berterima kasih atas perhatian pemerintah untuk melindungi investasi di Indonesia karena potensi pasar Indonesia sangat besar. Dukungan ini tentunya akan menarik lebih banyak investor lain masuk ke Indonesia," ujar Direktur Eksekutif IZASI Rhea Sianipar dalam rilis yang diterima Tempo, Jumat, 6 Oktober 2017.
Simak: Produksi Baja Nasional Kurang Optimal, Ini Kendalanya
Rhea melihat baja sebagai salah satu industri strategis di Indonesia. Ini dilihat dari peningkatan pertumbuhan industri baja sejak 10 tahun lalu. Pada 2016, permintaan terhadap baja lapis berkisar 1,3 juta ton, dan khusus untuk segmen konstruksi sebanyak 789,244 ton. Saat ini anggota IZASI sendiri sudah mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri untuk segmen konstruksi sebanyak 860 ribu ton.
"Kami lihat pemberlakuan safeguard sangat penting melihat tingginya lonjakan impor untuk produk dengan pos tarif 7210.61.11. Salah satu contoh adalah data BPS (Badan Pusat Statistik) yang memperlihatkan lonjakan impor dari Cina, yang pada 2013 sebesar 5 persen dan terus meningkat hingga 95 persen pada 2016," ujar Rhea.
Menurut Rhea, sebagai industri antara (mid-stream), IZASI akan terus berkomitmen memajukan industri baja lapis di Indonesia, baik dari sisi peningkatan kualitas produk maupun kapasitas, untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Rhea menuturkan IZASI siap memberikan kontribusi guna memperkuat industri baja lapis di Indonesia. Karena itu, peran pemerintah, regulator, dan masyarakat guna mendukung bisnis ini berkelanjutan sangat penting.
SERVIO MARANDA