TEMPO.CO, Jakarta - Aksi beli pelaku pasar membuat Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diprediksi dapat semakin meningkat. "Berdasarkan daily pivot dari Bloomberg, support pertama dan kedua berada pada level 5943.039 dan 5934.603. Sementara itu, resistance pertama dan kedua berada pada level 5963.515 dan 5975.555," kata Analis Binaarthe Securitas, Reza Priyambada, Jakarta, Kamis, 5 Oktober 2017.
Menurut Reza meski dari dalam negeri cenderung masih minim sentimen namun, IHSG kembali mencoba mendekati dan menyentuh level tertinggi terbarunya. IHSG di tutup menguat 0.20 persen di level 5951.475 pada 4 Oktober 2017.
Ditambah lagi dengan mulai melemahnya laju USD yang membuat rupiah berkesempatan untuk terapresiasi turut menguatkan IHSG. Adanya optimisme akan perbaikan ekonomi Indonesia yang terlihat dari terjaganya inflasi, cadangan devisa, adanya surplus perdagangan, dan data positif lainnya turut mempengaruhi laju IHSG yang bergerak di zona hijau.
"Berdasarkan indikator daily, MACD mulai membentuk pola golden cross di area positif. Sementara itu, Stochastic dan RSI masih berada di area netral," kata Reza Priyambada.
Asing mencatatkan nett sell Rp 264,94 miliar dari sebelumnya nett sell Rp 238,45 miliar. Saham-saham pertambangan masih menghijau seiring dengan sentimen relaksasi aturan harga komoditas dan imbas dari meningkatnya harga komoditas di pasar global.
Di tengah kenaikan yang terjadi juga dimanfaatkan oleh pelaku pasar lainnya untuk merealisasikan keuntungan. "Pergerakan IHSG pun kembali rentan terjadinya pembalikan arah melemah di tengah harapan untuk dapat bertahan di zona positif. Waspadai sentimen yang membuat arah IHSG kembali bervariatif melemah," kata Reza Priyambada.
Menurut Vice President Research Departement Indosurya Securitas William Surya Wijaya naiknya IHSG juga dipengaruhi oleh rilis data perekonomian tentang indeks kepeecayaan konsumen. "Potensi terjadinya penguatan masih terjadi pada IHSG saat ini. IHSG berada di kisaran 5861-5988," kata William Surya Wijaya.