TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Securitas Reza Priyambada mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari akan menguat. Adanya peluang kenaikan ini bisa terjadi, selama tidak dimanfaatkan untuk aksi ambil untung.
"IHSG pernah mencapai level tertingginya di 5.928 namun, selanjutnya ambruk," kata Reza Priyambada, Senin, 2 Oktober 2017.
IHSG ditutup menguat 1.02 persen di level 5.900.85 atau IHSG ditutup menguat 1.02 persen pada 29 September 2017. Sejumlah indeks saham Eropa dan AS berpengaruh pada pergerakan sejumlah indeks di pasar saham Asia, termasuk IHSG.
Meski asing masih kembali melakukan aksi jual, namun terimbangi dengan kenaikan di pasar valas, dimana rupiah menguat serta meningkatnya harga obligasi. Aksi jual ini dengan memanfaatkan kenaikan harga hampir mayoritas saham.
"Masih adanya volatilitas dan kerentanan yang tinggi serta rotasi yang cepat di pasar maka membuat pelaku pasar, terutama asing cenderung keluar dan memilih instrumen yang lebih stabil," kata Reza Priyambada.
Penguatan yang terjadi dianggap kenaikan sementara karena masih harus diuji ketahanannya untuk menguat kembali. "Asing mencatatkan nett sell Rp 1,13 miliar dari sebelumnya nett sell Rp 701,69 miliar," kata Reza Priyambada.
Reza menilai jika terjadi aksi ambil untung, maka antisipasi sentimen terutama dari berita-berita sektoral dan emiten, yang dapat membuat arah IHSG kembali bervariatif melemah.
Sebelumnya berdasarkan daily pivot dari Bloomberg, support pertama dan kedua berada pada level 5865.890 dan 5830.926. Sementara itu, resistance pertama dan kedua berada pada level 5922.628 dan 5942.402.
"Berdasarkan indikator daily, MACD masih menunjukkan pola dead cross di area positif. Sementara itu, Stochastic dan RSI masih berada di area netral," kata Reza Priyambada.
Menurut Reza, terlihat pola bullish engulfing line candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi bullish continuation pada pergerakan indeks saham.
HENDARTYO HANGGI