TEMPO.CO, Jakarta - Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaksanakan kegiatan Gerakan Cinta Laut (GITA LAUT) yang salah satu kegiatannya ialah gerakan bersih pantai dan laut (GBPL) di Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur. Kegiatan tersebut diikuti sekitar 300 orang yang terdiri dari KKP, TNI, Dinas Kelautan dan Perikanan, anak-anak sekolah, dan masyarakat umum.
“Isu pencemaran sampah di Labuan Bajo perlu menjadi perhatian kita bersama,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi dikutip dari siaran pers KKP, Sabtu, 30 September 2017.
Ia menjelaskan dampak dari tercemarnya tempat tersebut, yakni terganggunya pengembangan industri pariwisata di Pulau Bajo. Terlebih lagi menurutnya, lokasi tersebut merupakan tempat di mana Pulau Komodo saat ini sebagai ikon pariwisata dunia.
“Pencemaran yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh perilaku manusia yang kurang peduli, dengan membuang sampah dan limbah tidak pada tempatnya,” ujarnya saat mengikuti aksi membersihkan laut tersebut.
Ia mengklaim saat ini banyak masyarakat yang menganggap laut sebagai keranjang sampah sehingga menyebabkan potensi sumberdaya pesisir dan laut semakin menurun baik secara kuantitas maupun kualitasnya.
Selain kegiatan membersihkan pantai dan laut, pada tanggal 27-28 September juga dilaksanakan pelatihan pengelolaan sampah yang melibatkan peserta dari 20 sekolah SMP, SMA dan SMK dengan perwakilan masing-masinng dua orang guru. Lokasi pelatihan tersebut berada di di Aula Sekda Kabupaten Manggarai Barat.
Kegiatan tersebut bertujuannya untuk membekali guru sehingga bisa memberikan pengertian kepada siswa untuk membangun kesadaran dalam mengelola sampah yang dimulai sejak dini. Selain itu para guru juga diinisiasi untuk menyediakan bank sampah sekolah dan mengirimkan sampah yang terkumpul melalui pusat pengumpulan sampah Reduce, Reuse, Recycle (3R) di Wae Mata.
M JULNIS FIRMANSYAH