INFO NASIONAL - Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Kabiro Humas) Sekretariat Jenderal MPR RI Siti Fauziah memberikan apresiasi tinggi atas gelar acara Pameran Filateli bertema “Perangko dalam Kebhinnekaan” dalam rangkaian HUT DPR ke-72 dan sekaligus memperingati Hari Pos Telekomunikasi Telegraf yang diselenggarakan sejak 26-29 September 2017 di Lobby Gedung Nusantara DPR, Senayan, Jakarta.
“Saya kebetulan seorang filatelis, hobi mengoleksi perangko. Jadi momen acara tersebut saya hadir dan menikmati pameran yang digelar. Suasana pameran sangat meriah, penuh dengan koleksi perangko yang tertata apik dan sepertinya di-setting sesuai alur cerita atau tematik,” katanya di Gedung MPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 27 September 2017.
Secara umum, kata Siti Fauziah, eksistensi perangko bukan hanya sebatas memorable dunia surat menyurat dan alat komunikasi utama di dekade tahun 70-an sampai 90-an, tapi juga merupakan sarana edukasi merekam perjalanan sejarah dan politik bangsa Indonesia juga dunia, terutama untuk generasi muda saat ini. “Perangko telah menjadi bagian dari arsip sejarah yang penting. Saya sendiri yang sudah mengoleksi perangko sejak kelas 6 SD sampai sekarang sudah terkoleksi sekitar 144 album. Banyak mendapatkan ilmu dan manfaat dari mengoleksi perangko, baik dari perangko Indonesia atau pun yang dari luar negeri. Contohnya seperti perangko seri cerita rakyat, dimana di dalamnya tergambarkan cerita-cerita dari bebagai provinsi yang sekarang sudah kita jarang dengar lagi. Ada lagi seri lambang provinsi, pakaian adat daerah, alat musik tradisional, makanan tradisional Indonesia, seri pahlawan dan masih banyak lagi,” tuturnya.
Memang, lanjut Siti Fauziah, teknologi tidak bisa dibendung, modernisasi tidak bisa dihadang, seperti dunia surat menyurat dan komunikasi pun mengalami evolusi teknologi yang luar biasa. Peran perangko pun tergantikan oleh modernisasi digital mulai dari era telepon seluler, SMS, electronic mail (email), Blackberry Messenger (BBM), Facebook, sampai WhatsApp, Line, Instagram, dan Path.
Generasi muda, terutama yang lahir di era modernisasi teknologi adalah generasi yang tidak lagi menggunakan sarana komunikasi jadul seperti perangko. Generasi muda tersebut hanya bisa mengetahui perangko dari buku sejarah dan cerita orang tuanya. “Saya sendiri berusaha keras terutama kepada anak saya sendiri mengenalkan perangko dan fungsi-fungsinya dahulu. Sebab sarat akan pembelajaran tentang perjalanan bangsa. Dan Alhamdulillah, sepertinya generasi muda sekarang memberikan respon yang sangat baik. Menurut saya, itu adalah hal yang sangat baik. Generasi muda jangan sampai putus pengetahuan tentang perjalanan bangsanya sendiri,” katanya.
Siti Fauziah berharap acara pameran Filateli dapat digelar di MPR agar generasi muda bisa menambah ilmu dan manfaat untuk memahami bagian dari proses perjalanan bangsa. (*)