TEMPO.CO, Jakarta - Industri permesinan Indonesia masih terkendala oleh bahan baku logam. Hal itu menyebabkan komponen mesin yang diproduksi di dalam negeri, hampir 70 persen lebih material berasal dari impor.
Ketua Umum Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA), Dadang Asikin mengatakan dasar dari industri mesin adalah logam. Menurut Dadang, saat ini Indonesia masih sangat bergantung oleh negara penghasil logam, seperti Amerika dan Eropa. "Mereka masih menguasai. Apalagi Eropa Timur," kata dia, di Jakarta, Rabu 27 September 2017.
Baca: Produsen Mesin Bakal Ramaikan Semarang Manufacturing Expo 2017
Dadang mengatakan industri logam Indonesia baru bisa memproduksi jenis baja kualitas rendah. Tapi untuk baja dengan kualitas tinggi yang tahan karat Indonesia belum mampu memproduksinya "Kalau tentang desain, atau kontrol dan sistem kita sudah bisa ya," ucapnya.
Bahan baku impor itu, menurut Danang, yang menyebabkan produk mesin Indonesia tidak mampu bersaing dengan produk luar negeri, sebab ongkos produksi yang tinggi. "Karena bahan baku kita impor, jadi lebih mahal."
Dadang mengatakan sektor industri mesin Indonesia masih kalah dari Malaysia. Dia mengatakan, dalam sektor ini Indonesia masih setara dengan Vietnam. "Harusnya kita lebih mampu karena lebih dulu mengembangkan industri ini. Dari SDM kita juga cukup bisa menandingi Vietnam," kata dia.