TEMPO.CO, Jakarta - Bank Mandiri mendorong penerbitan Global IDR Bonds sebagai alternatif pendanaan proyek-proyek infrastruktur yang sedang digarap pemerintah. "Pasar keuangan nasional harus mulai mengakses pasar keuangan global untuk mendapatkan alternatif pendanaan yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan-pembangunan ke depan," kata Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo pada pembukaan acara Global IDR Bonds Workshop di Jakarta, Rabu, 27 September 2017.
Alasannya, dalam lima tahun ke depan Indonesia membutuhkan pendanaan infrastruktur sebesar Rp 5.500 triliun atau Rp 1.100 triliun per tahun. Menurut dia, sekitar Rp 900 triliun per tahun kebutuhan investasi dapat dipenuhi oleh pembiayaan dalam negeri. Sehingga masih ada potensi Rp 200 triliun per tahun kebutuhan investasi yang dapat dibiayai dari luar negeri.
Kartika optimis Global IDR Bond dapat diterima oleh pasar mengingat Indonesia adalah salah satu negara tujuan investasi. "Bank asing dari Eropa, Jepang, China dan Amerika aktif menawarkan pinjaman ke bank dan korporasi di Indonesia," kata dia.
Belum lagi dengan adanya predikat investment grade dari S&P, Moody's, dan Fitch Rating, Indonesia dinilai menarik di mata investor asing. Kartika mengatakan dukungan lainnya datang dari volatility currency risk Indonesia selama dua tahun terakhir berprestasi cukup baik. "Sehingga kepercayaan dari global investor terhadap surat utang kita cukup baik," ujarnya.
Global IDR Bonds adalah efek bersifat utang berdenominasi Rupiah yang dapat ditawarkan tidak hanya kepada investor domestik, namun juga investor global. Secara umum, penawaran Global IDR Bonds diharapkan mampu meningkatkan partisipasi investor global dalam mendukung pembangunan nasional, serta diharapkan dapat memberikan akses serta diversifikasi sumber pendanaan berbasis Rupiah bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang bergerak di berbagai sektor, khususnya sektor infrastruktur.
CAESAR AKBAR