TEMPO.CO, Jakarta -Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) wilayah VIII Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendata infrastruktur yang berpotensi terkena dampak letusan Gunung Agung di Bali. Inventarisasi infrastruktur dilakukan untuk menghadapi kemungkinan letusan gunung dan luncuran lahar dingin.
Dikutip dari siaran pers Biro Komunikasi PUPR, Selasa, 26 September 2017, aktivitas gunung api itu berpotensi merusak 29 jembatan, delapan diantaranya ada di jalur sungai utama. Potensi kerusakan di sekitar Gunung Agung pun tercatat di jalan nasional sepanjang 61 kilometer, jalan provinsi sepanjang 88 km. Dampaknya juga sampai pada total 598 km jalan kabupaten.
Potensi lahar dingin bisa pula mengganggu infrastruktur air minum. BBPJN VIII menyorot potensi kerusakan di Stasiun Pengisian Air Minum (SPAM) Desa Tianyar Timur, Desa Kubu, Desa Sebudi, dan Desa Selat.
Infrastruktur sumber daya air di sembilan daerah aliran sungai pun tak lolos dari potensi kerusakan. Sembilan daerah aliran itu, antara lain di Tukad Unda, Tukad Buhu, Tukad Jangga, Tukad Batuniti, Tukad Nusu, Tukad Sringin, Tukad Ringuang, Tukad Peninggungan, serta Tukad Abu.
Sebanyak 12 penampung air alias embung berpotensi rusak. Dari jumlah itu, ada 9 unit yang berada berada di zona berbahaya sehingga sulit dimanfaatkan untuk kebutuhan para pengungsi.
Keperluan pengungsi, kini diambil dari sistem air baku lokal yang ada di pengungsian kawasan Manggis dan Ulakan. Dalam kondisi tertentu, pemerintah mengupayakan pengeboran untuk mendapatkan air.
Infrastruktur lain yang terdampak letusan Gunung Agung adalah 87 bendung aliran pasir atau Sabodam, 5 buah kantong lahar, sawah seluas 4270 Hektare sawah, pipa transmisi air baku sepanjang 78 km, 26 unit reservoir alias kolam buatan, 4 unit Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAB) Pedesaan, 42 sumur bor, hingga 3 lokasi mata air.
YOHANES PASKALIS PAE DALE