Indef Prediksi Neraca Perdagangan Agustus Surplus

Reporter

Selasa, 15 Agustus 2017 17:50 WIB

Pekerja mengamati bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Jakarta, 26 April 2017. Bank Indonesia mencatat Neraca Perdagangan Indonesia surplus pada Maret 2017. ANTARA/M Agung Rajasa

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi neraca perdagangan Agustus 2017 akan kembali surplus, meskipun nilainya terbatas atau tak seperti Juni 2017 yang mencapai US$ 1,6 miliar.


"Angka surplus di bulan Agustus antara US$ 550-700 juta dolar," ujarnya, saat dihubungi Tempo, Selasa, 15 Juli 2017.

Simak: INDEF Sebut Stabilisasi Harga Pangan 2017 Hanya Semu


Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2017 mengalami defisit US$ 0,27 miliar. Adapun total ekspor Indonesia pada Juli sebesar US$ 13,62 miliar, sementara total impor US$ 13,89 miliar. "Outlook neraca perdagangan lebih dipengaruhi oleh tren kenaikan harga komoditas dan membaiknya permintaan ekspor dari negara tujuan ekspor utama seperti China, Jepang dan India," katanya.


Bhima mengatakan pada Juli kemarin, ketiga negara tersebut mencatatkan kenaikan ekspor dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut dia, defisit neraca perdagangan disebabkan oleh karena beberapa hal, utamanya yaitu kenaikan impor yang cukup signifikan terutama impor bahan baku/penolong dan barang modal.


BPS mencatat impor barang modal meningkat 62,57 persen (month to month) menjadi US$ 2,36 miliar, sedangkan impor bahan baku/penolong meningkat 40,79 persen (month to month) menjadi US$ 10,43 miliar. "Itu membuktikan bahwa industri pengolahan sebenarnya kembali melakukan aktivitas produksi yang normal pasca libur panjang Lebaran," ucapnya.


Advertising
Advertising

Bhima melanjutkan, kenaikan tersebut juga sebagai pertanda bahwa industri pengolahan mulai bergerak dan berekspansi, namun berorientasi ekspor. "Kuat dugaan juga karena proyek infrastruktur juga impor naik signifikan."


Hal itu tampak pada kenaikan impor mesin dan peralatan mekanik yang nilainya mencapai US$ 618 juta atau naik 47,4 persen dibandingkan Juni 2017. Begitu pula dengan mesin dan peralatan listrik yang meningkat 50,58 persen. "Keduanya berkaitan erat dengan barang-barang yang digunakan untuk proyek konstruksi," katanya.


Sementara itu, untuk impor barang konsumsi tercatat menurun 3,15 persen menjadi US$ 1,09 miliar, seperti impor golongan buah-buahan yang menurun menjadi US$ 61,2 juta dan sayuran US$ 96,1 juta. "Kalau impor konsumsinya turun itu bisa diartikan daya beli masyarakat pasca lebaran menurun," ujarnya.


Bhima berujar untuk kinerja ekspor Indonesia memang mengalami kenaikan sebesar 16,83 persen dibandingkan Juni 2017. Namun, nilai ekspornya lebih kecil jika dibandingkan posisi Mei dan Maret 2017. Menurut Indef, hal itu berarti kinerja ekspor belum sepenuhnya meningkat, sebab angkanya masih bergerak fluktuatif. "Selama bulan Juli ekspor migas juga terbilang rendah sehingga tidak bisa menopang kinerja ekspor secara keseluruhan."


GHOIDA RAHMAH



Berita terkait

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

1 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

12 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

15 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

16 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

19 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

47 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

47 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

48 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

48 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

48 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya