Kritik Siaran Televisi Swasta, Materi Sama dan Diulang-ulang  

Reporter

Senin, 15 Mei 2017 07:14 WIB

Ilustrasi. DOK/TEMPO/Arie Basuki

TEMPO.CO, Yogyakarta - Televisi nasional dengan kandungan siaran lokal dianggap masih minim. Apalagi jam tayang siaran lokal saat orang terlelap alias dinihari. Lebih parah lagi, tayangan itu diulang-ulang dengan materi yang sama. "Misalnya, tayangan kuliner, warungnya sudah tidak, tapi masih tayang," kata Michael Aryawan, praktisi pertelevisian dan jurnalis televisi di Yogyakarta, Minggu, 14 Mei 2017.

Tayangan siaran lokal yang mengangkat budaya serta kearifan lokal sebenarnya sangat strategis. Keberadaan televisi lokal juga sebenarnya sangat dinanti para penonton. Sayangnya, materi siaran televisi lokal masih jauh dari harapan penonton.

Para jurnalis televisi yang berstatus kontributor juga berharap konten lokal diperbanyak. Bahkan mereka mengeluh jika hasil liputannya jarang ditayangkan. "Pasti kontributor itu rindu tayang," ujarnya.

Mukijab, pengamat penyiaran yang sedang menyelesaikan gelar doktor tentang penyiaran, menyatakan siaran lokal untuk televisi nasional juga mempunyai nilai ekonomi dan strategis. Banyak anggaran milik pemerintah daerah untuk iklan atau program yang bisa diserap pengelola televisi.

Selain itu, sumber daya manusia yang terlibat dalam siaran itu juga terangkat secara ekonomi dan eksistensi mereka. "Pemerintah daerah bisa mengisi program di televisi nasional. Ini justru menguntungkan bagi industri televisi," ucapnya.

Menurut Neil R. Tobing, Sekretaris Jenderal Asosiasi Televisi Swasta (ATVSI), tayangan konten lokal di televisi sudah 10 persen. Ia juga menuturkan siaran berita di televisi nasional justru lebih banyak dari daerah, bukan dari pusat, Jakarta. "Justru berita dari daerah lebih banyak dibandingkan dengan berita di pusat, Jakarta," tuturnya.

Di sisi lain, televisi swasta nasional sedang galau. Sebab, menjelang rencana televisi digital, para pemilik stasiun televisi sudah berinvestasi ratusan miliar rupiah. Namun tiba-tiba ada rancangan undang-undang yang akan menetapkan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Televisi Republik Indonesia (RTRI) sebagai satu- satunya penyelenggara penyiaran multipleksing digital. Sebab, itu akan memunculkan monopoli dalam kegiatan penyiaran.

Ketua ATVSI Ishadi S.K. mengatakan penetapan RTRI sebagai satu-satunya penyelenggara penyiaran akan berpotensi merugikan lembaga penyiaran lain, yang telah mengeluarkan banyak investasi untuk membangun jaringan. Sebab, nantinya RTRI berkuasa memberikan atau menolak izin kanal frekuensi konten penyiaran televisi.

"Kalau RTRI dijadikan satu-satunya penyelenggara penyiaran, akan berpotensi menghilangkan jaminan standar layanan penyiaran digital yang baik dan komprehensif. Juga bisa mengancam kebebasan menyampaikan pendapat dalam layar kaca," katanya dalam acara Bincang-bincang Dunia Penyiaran Masa Depan bersama awak media di Hotel Santika Yogyakarta, akhir pekan lalu.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

5 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

13 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

16 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

27 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

31 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

51 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

57 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

59 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

1 Maret 2024

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.

Baca Selengkapnya