BI Sebut Gejolak Harga Komoditas Global Seret Ekonomi Domestik  

Reporter

Senin, 8 Mei 2017 14:09 WIB

Para pekerja perkebunan memanen kelapa sawit di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Mei 2008. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas unggulan Kabupaten Luwu. TEMPO/Tommy Satria

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng mengatakan perlambatan ekonomi dunia dan rendahnya harga komoditas global berdampak terhadap perekonomian domestik, terutama di daerah yang sumber pertumbuhan ekonominya berasal dari sumber daya alam, pertambangan, dan perkebunan.

"Produsen migas (minyak dan gas), seperti Aceh, Riau, Kalimantan Timur, dan Papua Barat, produsen batu bara, seperti Sumatera Selatan, serta produsen kelapa sawit dan karet, yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, merasakan dampak perkembangan tadi," katanya di Kompleks BI, Jakarta, Senin, 8 Mei 2017.

Baca: Kurs Rupiah Stabil, Pasar Tunggu Keputusan The Fed

Perlambatan ekonomi daerah yang sumber pertumbuhan ekonominya bertumpu pada sumber daya alam, menurut Sugeng, disebabkan terbatasnya diversifikasi struktur perekonomian dan menipisnya cadangan sumber daya alam. "Dengan keterbatasan itu, daerah rentan terhadap permintaan importir dan fluktuasi harga," ujarnya.

Berdasarkan data BI, rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Kalimantan pada 2014-2016 masing-masing 4,2 persen dan 2,3 persen. Capaian itu lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi Jawa, Bali-Nusa Tenggara, dan Sulawesi-Papua, yang masing-masing mencapai 5,5 persen, 7,4 persen, dan 7,1 persen.

Baca: Ekonomi Tumbuh 5,01 Persen, Ekonom: Triwulan III dan IV Membaik

Sugeng berujar permasalahan struktural daerah juga membuat daerah rentan terhadap masalah pangan. Daerah memiliki ketergantungan tinggi pada pasokan makanan dari daerah lain, kelancaran distribusi, biaya logistik, dan struktur pasar. "Kerentanan pangan tersebut tercermin dari disparitas inflasi di daerah," ucapnya.

Dia menuturkan inflasi daerah produsen makanan cenderung lebih rendah. Menurut data BI, rata-rata inflasi pada 2014-2016 di daerah produsen makanan, seperti Jawa dan Bali-Nusa Tenggara, masing-masing 4,6 persen dan 4,7 persen. Adapun Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi-Papua memiliki inflasi sekitar 5,2-5,4 persen.

Permasalahan ketahanan pangan, menurut Sugeng, bukan hanya masalah daerah, tapi juga nasional. Kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi menurun dari 22 persen pada 1990 menjadi 13 persen pada 2016. "Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi membuat impor pangan masih cukup tinggi," katanya.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

7 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

7 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

8 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

8 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

8 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya