Seorang petugas teller Bank Negara Indonesia (BNI) merapihkan uang rupiah saat berlangsungnya transaksi, Jakarta, (28/8). Nilai tukar rupiah terus tertekan hingga di posisi Rp 9.535 per dolar AS pada (28/8). Posisi itu melemah dari Rp 9.515 per dolar AS pada (27/8) dan makin tertekan dari posisi Jumat (24/8) di level Rp 9.504 per dolar AS, (23/8) Rp 9.495 per dolar AS, (16/8) Rp 9.498 per dolar AS dan (15/8) Rp 9.494 per dolar AS. Tempo/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Analis senior PT Binaartha Parama Sekuritas, Reza Priyambada, memprediksi nilai tukar rupiah akan kembali melemah hari ini. Pelemahan terutama disebabkan sentimen pasar menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini.
Reza memperkirakan BI masih akan mempertahankan besaran 7 Days Reverse Repo Rate di level 4,75 persen. "Diperkirakan rupiah akan bergerak dengan kisaran support 13.317 dan resisten 13.260," ujarnya dalam riset, Kamis, 20 April 2017.
Pelemahan kurs rupiah juga dipicu kecenderungan pasar melepas rupiah walaupun terjadi penguatan pada beberapa hari terakhir. "Adapun dari sentimen pilkada DKI, kami rasa tidak terlalu banyak mempengaruhi. Namun tetap waspada dengan masih adanya potensi pelemahan lanjutan, terutama jika sepanjang libur pilkada DKI kondisi global cenderung melemah dan berpengaruh pada rupiah," katanya.
Dari sisi global, menurut Reza, laju kurs dolar Amerika Serikat kembali melemah. Pelemahan tersebut terjadi seiring adanya sentimen penilaian manipulasi mata uang antara yen dan dolar Amerika. Namun, dia menilai, laju pound sterling akan berbalik melonjak setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta percepatan pemilu di Inggris.
Sebelumnya, Reza mengatakan tren penguatan rupiah akhirnya terpatahkan setelah mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir. Kondisi tersebut akan membuka peluang pelemahan lanjutan setelah surplusnya neraca perdagangan dikesampingkan pasar. "Tetap waspadai potensi pelemahan lanjutan, terutama setelah laju yen terus menunjukkan penguatan," ucapnya.