Inggris Tinggalkan Brexit, Bursa Wall Street Bervariasi
Editor
Rully Widayati
Kamis, 30 Maret 2017 09:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Saham-saham di Wall Street berakhir bervariasi pada perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB, 30 Maret 2017, karena para investor mempertimbangkan dimulainya proses secara resmi keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 42,18 poin atau 0,20 persen menjadi ditutup pada 20.659,32 poin. Sementara indeks S&P 500 meningkat 2,56 poin atau 0,11 persen menjadi berakhir di 2.361,13 poin dan indeks komposit Nasdaq naik 22,41 poin atau 0,38 persen menjadi 5.897,55 poin.
Baca: Proses Brexit Dimulai, Surat Pemberitahuan ke Uni Eropa Dikirim
Duta Besar Inggris untuk Uni Eropa, Tim Barrow, menyerahkan surat resmi pengunduran negaranya dari Uni Eropa kepada Presiden Dewan Eropa Donald Tusk. Ini memulai proses keluarnya negara itu selama dua tahun dari blok perdagangan.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pada Rabu, 29 Maret 2017, bahwa ia ingin Inggris muncul sebagai negara yang lebih berwawasan ke luar dari sebelumnya sekaligus menanggapi Dewan Perwakilan untuk mengkonfirmasi dimulainya proses Brexit.
Pernyataan dari beberapa pejabat Federal Reserve juga dalam fokus. Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan Rabu, 29 Maret 2017, bahwa fundamental ekonomi meningkat pada 2017, menurut Market Watch.
Baca: Ketidakpastian Brexit, Toyota Terus Tambah Investasi di Inggris
Presiden Fed Boston Eric Rosengren mengatakan bank sentral harus menetapkan kenaikan suku bunga di setiap pertemuan lainnya tahun ini, sementara Presiden Fed San Francisco John Williams mengatakan ia melihat tiga kenaikan suku bunga lebih tahun ini.
Di sisi ekonomi, penjualan pending home atau rumah yang pengurusannya belum selesai di AS rebound tajam pada Februari ke level tertinggi dalam hampir satu tahun dan tingkat tertinggi kedua dalam lebih dari satu dekade, menurut National Association of Realtors, Rabu, 29 Maret 2017. "The Pending Home Sales Index" melonjak 5,5 persen dari 106,4 pada Januari menjadi 112,3 pada Februari, mengalahkan konsensus pasar.
ANTARA