Kurs Rupiah Berpeluang Menguat Pekan Depan

Reporter

Editor

Abdul Malik

Sabtu, 25 Februari 2017 19:56 WIB

Lembaran mata uang Rupiah edisi baru. ANTARA/Adwit B Pramono

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan, pada pekan depan yakni pada 27 Februari – 3 Maret 2017, nilai tukar (kurs) rupiah berpeluang menguat, seiring dengan dirilisnya beberapa data makro ekonomi, termasuk dari domestik seperti rilis data inflasi. “Kami berharap rilis data inflasi akan cukup bagus untuk memberikan dampak yang positif untuk laju rupiah,” kata Reza dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 25 Februari 2017.

Menurut Reza, di sisi lain pasar juga akan melihat perkembangan laju euro yang tak bergerak cukup bagus karena terdampak ketidakstabilan politik dari pemilihan Presiden di Prancis. Momen tersebut akan mempengaruhi laju dolar Ameriak Serikat. “Tetap cermati sentimen yang ada dan berpotensi menghalangi laju rupiah. Kami memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran support Rp 13.388 dan resisten Rp 13.292 per dolar AS,” tuturnya.

Baca : Pasar Optimis, IHSG Berakhir Menguat 13,15 Poin

Pergerakan nilai tukar rupiah pada pekan ini mampu berbalik menguat dengan memanfaatkan pelemahan laju dolar AS pasca belum jelasnya pasar merespons rencana reformasi perpajakan Presiden AS, Donald Trump. Laju rupiah sempat melemah ke level 13.384, lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya. Laju rupiah di pekan kemarin bergerak di bawah target support Rp 13.345 dan di bawah resisten Rp 13.290 per dolar AS.

Aksi tunggu dari pelaku pasar terhadap sinyal waktu untuk kenaikan suku bunga acuan The Fed kembali membuat laju dolar AS mengalami kenaikan. Pada hari Rabu, 21 Februari 2017 waktu AS, telah dirilis risalah hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Meski belum jelas bagaimana hasil dari FOMC meeting tersebut, menurut Reza tampaknya pasar telah merespons dengan kembali memburu dolar AS.

Baca : Sejak awal 2017, Investor Asing Jual Bersih Rp 334 Miliar

“Di sisi lain, laju euro melemah, setelah sentimen dari kekhawatiran penyelenggaraan Pemilu Presiden Perancis dan rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Hal ini berakibat pada laju dolar AS yang kembali naik,” kata Reza.

Selain itu, laju rupiah juga terpengaruh pergerakan dolar AS yang sempat menguat karena reaksi pasar terhadap rencana Trump terkait pembaruan pajak dan rencana lainnya terhadap pertumbuhan industri di AS.

Jelang akhir pekan ini, tanggapan dari Bank Indonesia yang menurunkan perkiraan pertumbuhan kuartal I 2017 yang berpotensi akan mengalami pelemahan di bawah target sebelumnya, 5,05 persen, ditanggapi negatif oleh kurs rupiah. Ditambah lagi dengan masih adanya ketidakpastian kondisi politik di Perancis yang berimbas pada melemahnya euro dan melemahkan rupiah.

Baca : Akhir Pekan, Kurs Rupiah Dibuka Menguat

“Pergerakan laju dolar AS yang kami perkirakan sebelumnya akan kembali melemah, ternyata berbalik menguat dengan kuatnya persepsi pelaku pasar akan dekatnya waktu kenaikan suku bunga The Fed,” kata Reza.

DESTRIANITA

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

19 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

21 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

4 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

5 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya