TEMPO.CO, Jakarta - Menutup perdagangan di akhir Januari, Indeks Harga Saham Gabungan terperosok di teritori negatif di level 5.294,10 atau turun tipis 0,16 persen (8,56 poin). Indeks saham dibuka di level 5.316,66, dan bergerak hampir sepanjang hari di teritoti positif di kisaran 5.294,10-5.321,35.

Analis saham dari MNC Securities Edwin sebayang mengatakan IHSG terimbas dari sentimen negatif pasar global. Salah satunya kebijakan imigrasi preventif yang diambil pemerintahan baru Amerika Serikat yang melarang masuk warga negara, pengungsi dan pemegang green card dari 7 negara di Timur Tengah untuk mencegah aksi terorisme.

Baca Juga: Produk Ikea Ternyata Buatan Indonesia

Hal itu juga yang kemarin menyebabkan indeks DJIA di Wallstreet turun tajam -122.65 atau -0,61 persen di level 19.971,13. Selain itu, harga minyak yang turun -1 persen di US$ 52,63 per barel, serta Tin yang terkoreksi -1,43 persen di US$ 19.650 per metrik ton turut menjadi sentimen negatif.

"Kombinasi jatuhnya DJIA -0.61 persen, Oil -1 persen dan Tin -1,43 persen menjadikan IHSG turun di hari Selasa," tutur Edwin.

Pelemahan IHSG juga ditandai dengan investor asing kembali mencatatkan aksi jual atau net sell mencapai Rp 405,84 miliar.

Dari 537 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek, sebanyak 157 saham menguat, 149 saham melemah, 115 saham stagnan, dan sisanya tidak diperdagangkan.

Simak: Klaim JHT BPJS Ketengakerjaan Rp175,56 Miliar Sepanjang 2016

Transaksi hari ini melibatkan perdagangan saham dengan volume 22,8 miliar saham, yang diperdagangkan sebanyak 374,05 ribu kali, dengan nilai transaksi mencapai Rp 6,82 triliun.

Adapun dari sepuluh indeks sektoral di Bursa Efek, sebanyak lima saham ditutup menguat, dengan penguatan terbesar di sektor agrikultur naik 2,0 persen, dan aneka industri 0,8 persen. Sedangkan lima sektor lainnya terkoreksi, dengan pelemahan terbanyak di sektor industri dasar -0,9 persen, dan konsumer -0,8 persen.

DESTRIANITA