Dump Truck melakukan aktivitas penambangan batubara di Kintap, Tanah Laut, Kalimantan Selatan, 11 Oktober 2012. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengantisipasi kenaikan harga komoditas ekspor yang kemungkinan hanya bersifat sementara. Harga komoditas pada akhir tahun lalu tercatat mengalami lonjakan cukup tinggi, seperti batu bara yang naik hingga 50 persen. “Ini sebuah peluang, tapi apakah ini sustainable? Jadi masih banyak perdebatan," ujar Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, dalam Seminar Indonesia Economic Outlook, di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa, 31 Januari 2017.
Menurut Juda, terdapat spekulasi bahwa kenaikan harga komoditas ini hanya sementara, yang disebabkan oleh penurunan produksi batu bara di Cina. "Sehingga Cina impor dan harga komoditas naik," kata dia.
Juda mengatakan Cina kini tampaknya sudah tak lagi berfokus pada keseimbangan ekonomi yang berorientasi pada pasar domestik. Cina diprediksi kembali berfokus pada pragmatis investasi dan ekspor. “Jadi mereka membutuhkan resources dari luar negeri,” katanya mengungkapkan.
Sedangkan Juda berujar kenaikan harga komoditas masih menyimpan peluang untuk perbaikan ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekspor Indonesia, kata dia, sudah memberikan kontribusi positif ke pertumbuhan ekonomi di 2016. "Padahal kami perkirakan kuartal IV masih negatif," ucapnya.
Selanjutnya, kenaikan komoditas juga diperkirakan akan berdampak pada sektor investasi. "Ada korelasinya, sehingga investasi kami prediksi lebih baik," ujar Juda. Begitu juga dengan sektor konsumsi rumah tangga yang akan mengalami peningkatan.