TEMPO.CO, Jakarta – Dualisme kepemimpinan terjadi di PT Pertamina, di tengah masalah yang berturutan di kilang minyak milik perusahaan negara itu. Struktur baru perusahaan membagi kekuasaan kepada direktur utama dan wakilnya.
Deputi Bidang Energi, Logistik, dan Kawasan Pariwisata Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Edwin Hidayat Abdullah, menyatakan struktur baru dibutuhkan untuk menggenjot kinerja perseroan. “Supaya sinergi. Pemasaran dan lini produksi dalam satu rantai kendali,” ujar Edwin, yang juga merupakan komisaris Pertamina, di Jakarta, Rabu, 25 Januari 2017.
Baca: Pasokan Merosot, Pertamina Mendadak Impor Solar
Menteri BUMN Rini Soemarno pada 20 Oktober 2016 menetapkan struktur baru direksi yang menyediakan kursi wakil direktur utama. Ditempati Ahmad Bambang, pos ini bertugas memimpin dan mengkoordinasikan direktorat pemasaran, direktorat pengolahan, serta deputi direktur energi baru terbarukan. Wakil juga berwenang mengambil keputusan impor bahan bakar minyak.
Orang nomor dua itu bahkan berwenang menunjuk direktur lain untuk mengambil keputusan jika direktur utama dan wakilnya berhalangan. Dalam anggaran dasar sebelumnya, kewenangan soal ini dipegang direktur utama.
Sejumlah pejabat pemerintahan mengungkapkan, Pertamina seperti dipimpin “matahari kembar”. Beberapa kebijakan perusahaan diputuskan secara sepihak oleh wakil direktur utama. “Misalnya impor solar 1,2 juta barel untuk Januari 2017 yang diputuskan pada Desember,” ujar seorang sumber yang mengetahui betul soal ini.
Baca: BPH Migas Pertanyakan Impor Solar Pertamina
Lazimnya, keputusan impor diputuskan tiga bulan sebelumnya. Jumlahnya ditentukan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kapasitas kilang. Dalam impor Januari, menurut sumber yang sama, keputusan diambil mendadak dengan alasan stok berkurang.
Integrated Supply Chain (ISC) kini juga dalam proses untuk disatukan dalam kewenangan wakil direktur utama. Padahal selama ini unit pengadaan BBM dan minyak mentah impor itu berada langsung di bawah direktur utama.
Edwin menepis anggapan bahwa struktur baru menciptakan “matahari kembar”. “Pemimpin tetap direktur utama, wakil cuma chief operation officer. Pemasaran dan produksi dalam satu kendali,” ujarnya.
Baca: Tekan Impor, Pertamina Tingkatkan Operasi Kilang Minyak
Edwin tidak menampik bahwa posisi ISC nantinya akan ditempatkan di bawah kendali wakil direktur utama. “Kami melihatnya supaya inline dari hulu ke hilir,” tuturnya.
Direktur Utama Dwi Soetjipto enggan berkomentar ihwal struktur baru direksi. “Selama itu diputuskan dalam anggaran dasar, dalam rapat umum pemegang saham, ya, bisa saja,” ujarnya. Sedangkan Ahmad Bambang menyatakan struktur baru membuat kinerja perusahaan lebih transparan.
ALI NUR YASIN | ROBBY IRFANY | ISTMAN