Karet Pertahankan Penguatan Pada Kuartal I/2017

Reporter

Senin, 16 Januari 2017 23:04 WIB

Sxc.hu

TEMPO.CO, Jakarta - Harga karet diprediksi mempertahankan penguatan pada kuartal I/2017 seiring dengan berkurangnya produksi akibat cuaca hujan yang melanda sejumlah wilayah di Asia Tenggara.


Dengan estimasi puncak musim hujan berlangsung hingga Februari 2017, harga karet berpeluang mencapai level 320-325 yen per kg pada triwulan pertama tahun ini.


Pada penutupan perdagangan Senin (16/1) harga karet di Tokyo Commodity Exchange meningkat 2,94% atau 8,8 poin menuju 308,5 yen (US$2,7) per kilogram. Ini merupakan level tertinggi sejak Februari 2013.


Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka, mengatakan ada sejumlah faktor yang menguatkan harga karet. Dari sisi fundamental, produksi sedang mengalami hambatan akibat jumlah curah hujan yang tinggi di wilayah Asia Tenggara. Puncak musim hujan diperkirakan bakal terjadi pada November 2016 -Februari 2017.


Petani karet umumnya enggan melakukan penyadapan saat curah hujan melimpah, karena getahnya cepat membeku ketika terkena air. Kadar air di dalam getah juga lebih tinggi sehingga membutuhkan upaya lebih dalam proses pengeringan.


Advertising
Advertising

Adanya gangguan suplai turut memicu kenaikan permintaan, karena antisipasi kelangkaan pasokan. Alhasil harga karet mengalami menghijau.


Selain faktor fundamental, lanjut Ibrahim, harga karet juga dipengaruhi nilai tukar yen dan harga minyak. Mata uang Jepang itu menjadi patokan karena bursa karet global mengacu pada harga di Tokyo Commodity Exchange.


Bila yen mengalami pelemahan, maka harganya menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan denominasi mata uang lain. Sentimen ini turut memberikan dorongan terhadap harga.


Sejak pekan kedua November 2016 atau setelah pelantikan Presiden AS Donald Trump, mata uang yen mendapatkan tekanan dari dolar AS. Kondisi ini diperparah setelah Federal Reserve mengerek suku bunga pada pertengahan Desember 2016.


Kini, dolar AS mengalami periode bullish seiring dengan rencana The Fed mengerek suku bunga lanjutan sebanyak tiga kali pada 2017, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi Paman Sam di bawah kendali Trump.


Pada perdagangan Senin (16/1) pukul 17:12 WIB, mata uang yen meningkat 0,34 poin atau 0,3% menjadi 114,16 per dolar AS. Adapun indeks dolar menghijau 0,48 poin atau 0,47% menuju 101,66.


Sementara itu, penguatan harga minyak mentah sebagai komoditas strategis turut memengaruhi sejumlah soft commodity seperti karet, minyak kelapa sawit, jagung, dan jagung. Harga masih bertahan di atas US$50 per barel dan diperkirakan bakal memanas seiring dengan realisasi pemangkasan produksi.


Dengan sejumlah sentimen yang membayangi karet, terutama dari sisi pengurangan produksi, harga berpeluang menuju 325 yen per kilogram pada kuartal I/2017.


"Puncak musim hujan diperkirakan berlangsung sampai Februari 2017. Ini menjadi pendorong utama kenaikan harga karet, di samping faktor-faktor lain seperti nilai tukar mata uang dan harga minyak," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (16 Januari 2017).


Dalam jangka panjang, tingkat konsumsi komoditas bahan baku ban ini juga terdorong pertumbuhan permintaan sektor otomotif.


Ibrahim mengatakan, kendaraan tidak lagi menjadi kebutuhan mewah, tetapi kebutuhan primer. China dan AS sebagai negara konsumen terbesar di dunia diperkirakan masih akan menggenjot permintaan otomotif.


Naiknya tingkat konsumsi karet global juga berdasar kepada proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia periode 2017 versi World Bank sebesar 2,7%, dari 2,3% pada 2016.


Korakod Kittipol, Marketing Manager Thai Hua Rubber Pcl., perusahaan produsen dan distributor karet di Thailand, mengatakan harga karet di bursa Tokyo berpeluang mencapai 320 yen atau US$2,8 per kg pada kuartal I/2017 karena menurunnya suplai. Pada Januari, produksi setidaknya dapat menurun 100.000 ton.


"Belum pasti berapa lama situasi ini [hujan deras] dapat berlangsung, karena hujan masih akan mendera dalam beberapa waktu ke depan. Harga karet pun meningkat akibat berkurangnya persediaan," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.


Banjir di Negeri Gajah Putih telah berdampak terhadap sekitar 1,6 juta orang. Sekitar 292.540 hektare wilayah perkebunan terhambat dalam hal produksi dan akomodasi.


Menurut Association of Natural Rubber Producing Countries, sebagai eksportir karet terbesar di dunia, Thailand menyuplai sekitar 480.000 ton pada Januari 2016. Jumlah ini akan berkurang 20%-30% pada Januari 2017 akibat kesulitan panen.


BISNIS.COM

Berita terkait

Sudah Dipakai di 9 Provinsi, Aspal Karet Terserap 1.271 Ton

9 September 2019

Sudah Dipakai di 9 Provinsi, Aspal Karet Terserap 1.271 Ton

Aspal karet sebanyak itu digunakan di sembilan provinsi, untuk mengaspal jalans sepanjang 65,5 kilometer.

Baca Selengkapnya

Harga Karet Anjlok, Masyarakat Beralih Tanam Jagung

23 Juni 2019

Harga Karet Anjlok, Masyarakat Beralih Tanam Jagung

Setelah harga karet yang terus merosot dan tidak menentu ,masyarakat kini membuka lahan jagung agar bisa meningkatkan ekonomi mereka.

Baca Selengkapnya

Perbaiki Harga, RI Pangkas Ekspor Karet Hampir 100 Ribu Ton

1 April 2019

Perbaiki Harga, RI Pangkas Ekspor Karet Hampir 100 Ribu Ton

Indonesia akan mengurangi ekspor karet sebesar 98.160 ton mulai hari ini hingga 31 Juli 2019.

Baca Selengkapnya

Harga Karet Turun, Indonesia dan Dua Negara Ini Kurangi Ekspor

26 Februari 2019

Harga Karet Turun, Indonesia dan Dua Negara Ini Kurangi Ekspor

Ketiga negara produsen utama karet alam (natural rubber) dunia yakni Thailand, Indonesia dan Malaysia sepakat mengurangi ekspor

Baca Selengkapnya

Tiga Jurus Darmin Nasution Atasi Harga Karet Yang Anjlok

26 Februari 2019

Tiga Jurus Darmin Nasution Atasi Harga Karet Yang Anjlok

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tengah menyiapkan tiga strategi untuk mengatasi harga komoditas karet yang terus anjlok.

Baca Selengkapnya

Di Palembang, Jokowi Soroti Masalah Harga Sawit dan Karet

25 November 2018

Di Palembang, Jokowi Soroti Masalah Harga Sawit dan Karet

Jokowi menyebut dua problem besar di Sumatera Selatan terkait dengan harga sawit dan karet yang jatuh di pasar global.

Baca Selengkapnya

Airlangga Hartarto Dorong Industri Pengolahan Karet Remah Tumbuh

19 November 2018

Airlangga Hartarto Dorong Industri Pengolahan Karet Remah Tumbuh

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Kementerian Perindustrian mendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan karet remah.

Baca Selengkapnya

Harga Karet di Tokyo Lanjut Menguat di Hari Ketiga

16 Juni 2017

Harga Karet di Tokyo Lanjut Menguat di Hari Ketiga

Harga karet kembali ditutup menguat pada perdagangan hari
ketiga berturut-turut

Baca Selengkapnya

Harga Karet Rebound Lebih dari 5 Persen ke Level 195

14 Juni 2017

Harga Karet Rebound Lebih dari 5 Persen ke Level 195

Harga karet rebound tajam pada perdagangan pagi ini, Rabu, 14
Juni 2017, meski pada saat yang sama kinerja mata uang yen
terangkat.

Baca Selengkapnya

Harga Karet Ditutup Berbalik Melemah

13 Juni 2017

Harga Karet Ditutup Berbalik Melemah

Harga karet ditutup melemah 0,86 persen atau 1,60 poin ke
level 185,30 yen per kilogram (kg).

Baca Selengkapnya