TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari PT Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, memprediksi angka inflasi pada Desember 2016 mencapai 0,46 persen secara bulanan (month-to-month) atau 3,07 persen secara tahunan (year-to-year). Inflasi pada liburan Natal dan tahun baru kali ini lebih rendah dibanding pada libur Lebaran, Juli lalu. Karena itu, inflasi sepanjang 2016 relatif rendah.
“Selain karena tarif, hal itu terjadi karena kurs rupiah melemah,” katanya, ketika dihubungi, Senin, 2 Januari 2017.
Lana menyebutkan beberapa aspek penahan inflasi, antara lain harga bahan bakar minyak, tarif listrik, dan harga beras, relatif stabil. Efek demonstrasi tak muncul kendati masyarakat semakin sulit menemukan Premium di stasiun pengisian bahan bakar umum. Laju inflasi sepanjang 2016 didorong oleh impor barang-barang konsumsi yang terus meningkat.
”Pasokan dalam negeri kita tidak selalu siap,” ucapnya.
Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Desember 2015 mencapai 0,96 persen atau berada di level tertinggi sejak 2010. Adapun inflasi tahun kalender 2015 (year-on-year) mencapai 3,35 persen atau terendah sejak 2010. Sedangkan inflasi pada November lalu mencapai 0,47 persen.
Berdasarkan tahun kalender Januari-November 2016, tingkat inflasi mencapai 2,59 persen dan secara year-on-year sebesar 3,58 persen.
BPS berencana mengumumkan angka inflasi Desember 2016 pada Selasa, 3 Januari 2017.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadiwibowo mengatakan inflasi tertahan oleh harga beberapa komoditas yang mulai menurun. “Normalnya pada Desember mendekati 1 persen. Namun kali ini cenderung di bawah normal,” kata Sasmito kepada Tempo.
Menurut Sasmito, meski harga sejumlah bahan pangan meningkat, seperti cabai rawit merah yang harganya naik tajam hingga Rp 100 ribu per kilogram, harga komoditas substitusinya relatif lebih murah. Dia menyebutkan harga cabai merah dan hijau mencapai Rp 50 ribu per kilogram.
Selain itu, harga makanan pokok, seperti beras, menurun pada pekan terakhir dibanding pada tahun-tahun sebelumnya. Harga tertinggi beras jenis IR 64 di Jakarta mencapai Rp 16 ribu per kilogram, sedangkan harga rata-rata beras Rp 11.210 per kilogram.
“Harga gula pasir dan tepung terigu juga berangsur turun,” ujar Sasmito.
PUTRI ADITYOWATI
Berita terkait
Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor
25 menit lalu
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.
Baca SelengkapnyaRupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS
1 jam lalu
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaBPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015
7 jam lalu
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan
Baca SelengkapnyaLPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel
2 hari lalu
Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.
Baca Selengkapnya17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara
4 hari lalu
BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.
Baca SelengkapnyaBPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik
4 hari lalu
Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?
14 hari lalu
Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024
Baca SelengkapnyaTerkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka
14 hari lalu
Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.
Baca SelengkapnyaImpor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik
14 hari lalu
BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.
Baca SelengkapnyaBPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
14 hari lalu
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.
Baca Selengkapnya