Rasio Menabung Rendah, Ternyata Ini Penyebabnya
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 6 Desember 2016 16:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan rasio menabung di Indonesia masih rendah. Hal ini disebabkan oleh kegemaran masyarakat menginvestasikan uangnya dalam bentuk membeli tanah.
Baca: OJK Bakal Buka Lowongan Besar-besaran Tahun Depan
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan rasio menabung baru mencapai 36 persen. "Memang strategi nasional kami adalah financial inclusion. Tapi itu hanya satu hal untuk mendorong saving makin besar. Sebenarnya, faktor yang paling berpengaruh terhadap saving kita, selain konsumsi, adalah spekulasi tanah," kata Darmin usai Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa, 6 Desember 2016.
Baca: Inklusi Keuangan Dari Sertifikat Tanah Rp23 Triliun
Menurut Darmin, budaya yang telah turun-temurun tersebut harus mulai menjadi perhatian pemerintah. "Tidak bisa saving itu kerjanya beli tanah. Itu tidak sehat. Selain harga tanah bisa melonjak-lonjak begitu saja, yang lebih buruk, saving di surat berharga dan perbankan tidak setinggi yang seharusnya," kata mantan Gubernur Bank Indonesia itu.
Darmin pun menambahkan, dengan rendahnya rasio menabung, pemerintah membutuhkan aliran dana masuk yang besar. "Kenapa perlu capital inflow? Bukan cuma foreign direct investment atau penanaman modal asing, tapi juga portfolio. Kenapa? Karena saving kita kerendahan. Kenapa kerendahan? Ya karena itu, orang-orang senangnya beli tanah."
Dalam pembukaan Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Presiden Joko Widodo menargetkan rasio menabung pada 2019 mencapai 75 persen. Saat ini, menurut Jokowi, rasio menabung baru mencapai 36 persen. "Itu target yang tidak ringan. Tapi, apabila dipromosikan dan disosialisasikan dengan baik, ini bukan sesuatu yang mustahil," katanya. *
ANGELINA ANJAR SAWITRI