Tiga Pilar Prinsip Pendidikan Bisnis MM UGM
Senin, 5 Desember 2016 00:00 WIB
INFO BISNIS - Tantangan lanskap kompetitif baru di dunia bisnis, yang diciptakan globalisasi, kemajuan teknologi, dan dinamika perubahan lain, harus dihadapi dengan perubahan mendasar dalam pengembangan para pemimpin dan praktisi bisnis sebagai para pelaku utamanya. Mereka membutuhkan kapasitas global, kecerdasan lintas budaya, dan kapabilitas kepemimpinan transformasional, yang berlandaskan pengetahuan dan pemahaman keilmuan yang kuat, serta berintegritas dengan kaidah etika dan moral yang kuat.
Sebagai jawaban terhadap kebutuhan ini, Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MM FEB UGM) mencanangkan dan mengimplementasikan misinya untuk mengembangkan pemimpin bisnis transformasional yang dapat menginisiasi perubahan dan membuat perbedaan di mana pun mereka bergabung.
Kehadiran MM FEB UGM di dua kota, yaitu Jakarta dan Yogyakarta, merupakan pilihan strategis. Sebab, Jakarta merupakan salah satu pusat bisnis terbesar di Asia Tenggara, sementara Yogyakarta telah dikenal sebagai kota pendidikan dan pusat keilmuan di Indonesia. Implementasi misi di dua lokasi ini menuntut komitmen MM FEB UGM untuk menerapkan kurikulum dan proses pembelajaran yang memenuhi standar internasional.
Perwujudan komitmen tersebut telah mendapat pengakuan dari lembaga akreditasi sekolah bisnis terkemuka di dunia, Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB), sejak 2014. FEB UGM adalah sekolah bisnis di Indonesia yang memenuhi kualifikasi berstandar internasional berupa akreditasi AACSB. Sebagai implikasinya, MM FEB UGM mengemban tugas untuk menjadi center of excellence pendidikan bisnis di Indonesia. Akreditasi AACSB telah dan akan terus menjadi dasar dan inspirasi pengelolaan MM FEB UGM berbasis misi dan tiga pilar pengembangan strategis sekolah bisnis: engagement, innovation, dan impact. Tiga pilar utama pengembangan sekolah bisnis ini merupakan acuan perbaikan kualitas secara berkelanjutan sekaligus ukuran kinerja pendidikan di MM FEB UGM.
Menurut B.M. Purwanto, Ph.D., wakil dekan FEB UGM periode 2012-2016, setiap individual di jajaran FEB UGM harus bisa menjawab tuntutan untuk terus melakukan inovasi pembelajaran, baik kurikulum, proses dan metode pengajaran, maupun materi pembelajaran, juga membangun dan mengembangkan engagement dengan semua pemangku kepentingan. Selain itu, menghasilkan impact bagi peserta didik, dunia industri, para praktisi bisnis, pengelola pendidikan, dan pembuat kebijakan. Filosofi ini merupakan landasan pengelolaan di semua program studi di FEB UGM. Lebih lanjut, Purwanto menjelaskan, eksekusi dan implementasi tiga pilar tersebut mensyaratkan sumber daya manusia, terutama dosen, yang memenuhi standar internasional. Dosen harus berkualifikasi salah satu dari kategori Scholarly Academics, Practice Academics, Scholarly Practitioners, dan Instructional Practitioners.
Model pendidikan di MM FEB UGM dikembangkan dengan rerangka knowing- doing-being. Kesenjangan pendidikan antara teori (knowing), praktik (doing), dan karakter (being) ditutup dengan pengembangan dan penyelenggaraan banyak kegiatan di luar kelas (beyond classrooms), di luar pengajaran (beyond teaching), dan bahkan di luar batas-batas budaya (beyond cultural borders). Direktur MMUGM Yogyakarta, T. Hani Handoko, Ph.D. menjelaskan bahwa, program dan kegiatan pendidikan tersebut dijalankan untuk memfasilitasi pengembangan diri peserta didik dengan penerapan siklus pembelajaran thinking-doing-reflecting dan siklus penilaian diri (assessment), penyediaan tantangan (challenge), dan pemberian dukungan (support). Secara khusus, ekspose terhadap tantangan global dilaksanakan berkolaborasi dengan sebanyak 36 universitas luar negeri yang menjadi mitra MM FEB UGM.
Sementara itu, kampus MM FEB UGM di Jakarta memberi peluang bagi kalangan praktisi bisnis untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitasnya tanpa harus meninggalkan pekerjaannya dalam waktu lama. Direktur MM FEB UGM Jakarta, Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, menegaskan, MM FEB UGM Jakarta merupakan wadah bagi para praktisi untuk memperbarui dan mendalami berbagai teori yang dapat menguatkan praktek bisnis mereka selama ini di perusahaan.
Namun terobosan MM FEB UGM tidak berhenti sampai di sini. Upaya perbaikan dan peningkatan kualitas secara berkesinambungan mensyaratkan fokus, konsistensi, dan komitmen yang selaras dengan misi (mission alignment). MM FEB UGM menyadari betul bahwa mempertahankan akreditasi AACSB bukan tanggung jawab yang ringan. Pengakuan AACSB bukan menjadi tujuan akhir, melainkan awal dan pendorong untuk terus melakukan terobosan dan memperbaiki kualitas. (*)