TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil mengatakan pemerintah tengah membahas kebijakan untuk menjaga sawah abadi. Pemerintah berusaha mencegah konversi sawah terus-menerus.
"Kami akan mengembangkan sistem insentif dan disinsentif," kata Sofyan usai rapat koordinator di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin, 28 November 2016. Namun sistem tersebut, menurut dia, masih berupa wacana.
Sofyan menambahkan, insentif diberikan agar pemilik sawah tak tergiur mengonversi sawahnya. Selama ini, banyak sawah yang dikonversi menjadi lahan industri atau properti. Insentif yang diberikan bisa berupa pengurangan pajak.
Pemerintah daerah yang ingin membangun kawasan industri pun akan diberikan insentif agar tak menyasar sawah. "Akan diberi dan dibantu dengan Dana Alokasi Khusus," kata Sofyan.
Sofyan mengatakan sawah abadi perlu dipertahankan luasnya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun, saat ini, banyak lahan sawah sudah beralih fungsi. Sayangnya, Sofyan tak mendetail luasnya.
Ia mengatakan program sawah abadi sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan. Pemerintah daerah telah diberi kewenangan untuk membuat peraturan daerah tentang sawah abadi. "Namun banyak pemda yang tidak mau membuat perda," kata Sofyan.
Di Jepang, menurut Sofyan, sawah dipertahankan dengan memberikan subsidi dalam jumlah besar meski dampaknya menyebabkan harga beras melambung.
Ekonom Ini Sebut Sawah Menjadi Lahan Paling Mudah Digusur untuk Pembangunan PSN
1 Januari 2024
Ekonom Ini Sebut Sawah Menjadi Lahan Paling Mudah Digusur untuk Pembangunan PSN
Pembangunan PSN dinilai sebagai langkah luar biasa, tapi di saat yang sama juga memprihatinkan karena mengambil lahan pertanian produktif terutama sawah.