BI Siapkan Dua Aturan Perdagangan 2 Instrumen Surat Utang

Reporter

Senin, 19 September 2016 23:02 WIB

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menyiapkan dua peraturan untuk mewadahi kegiatan perdagangan dua instrumen surat utang jangka pendek yakni sertifikat deposito (negoitable certificate deposit/NCD) dan commercial paper.

"Kami masih dalam taraf koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan agar peraturan NCD bisa diluncurkan tahun ini. Namun untuk commercial paper, kami lihat di tahun depan," kata Gubernur BI Agus Martowardojo.

Hal tersebut disampaikan Agus dalam Seminar Internasional "Pendalaman Pasar Keuangan : Jalan Ke Depan untuk Indonesia" di Jakarta, Senin (19 September 2016).

Peraturan tersebut merupakan aturan turunan dari Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 18/11/PBI/2016 tentang Pasar Uang yang diterbitkan Agustus 2016.

Dua peraturan mengenai NCD dan commercial paper tersebut, kata Agus, diperlukan sebagai landasan hukum agar korporasi dapat memperdagangkan instrumen jangka pendek di pasar uang, sehingga dapat lebih mudah memperoleh pendanaan.

Pada tahun ini BI memprioritaskan peraturan untuk instrumen jangka pendek NCD dan commercial paper.

"Kami ingin dapat lebih cepat, agar instrumen lebih aktif ditransaksikan di pasar uang. NCD dan commercial paper itu adalah bagian dari prioritas kita," ujarnya.

Hingga Juni 2016, nilai penerbitan NCD oleh perbankan sebesar Rp13 triliun. Dari data rencana BI, NCD yang berpotensi diterbitkan hingga akhir tahun lebih dari Rp22 triliun.

Agus mengatakan masih minimnya penerbitan instrumen pasar uang menandakan pasar keuangan Indonesia belum dalam dibanding negara-negara emerging market lain.

Padahal, pendalaman pasar keuangan merupakan salah satu indikator berjalannya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Hal ini karena pendalaman pasar keuangan juga memengaruhi tingkat inklusi keuangan.

Pendalaman pasar keuangan juga diperlukan, lanjut Agus, karena pemerintah Indonesia membutuhkan berbagai pendanaan alternatif untuk mengejar target ambisius pembangunan, seperti pembangunan infrastruktur yang membutuhkan total dana sekitar Rp5.519 triliun hingga 2019.

"Selama ini pendanaan terlalu bertumpu pada perbankan, askes pendanaan bagi peminjam dana maupun alternatif investasi bagi pemberi dana menjadi terbatas," ujar Agus.

Secara keseluruhan instrumen pasar uang atau instrumen bertenor 12 bulan, nilai penerbitannya masih sekitar 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per Juni 2016.

Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara sebelumnya, idealnya untuk Indonesia, nilai penerbitan instrumen pasar uang dapat mencapai 20-30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).


ANTARA

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

5 hari lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

5 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya