7 Day Repo Rate Tak Ampuh Turunkan Bunga Kredit
Editor
Efri NP Ritonga
Kamis, 8 September 2016 14:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan Bank Indonesia (BI) mengeluarkan suku bunga acuan baru BI 7-Day Reverse Repo Rate dinilai tak banyak berpengaruh terhadap penurunan suku bunga deposito maupun kredit dalam jangka pendek.
"Dampak kebijakan baru Bank Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi akan terbatas," ujar ekonom DBS Group Research, Gundy Cahyadi, dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 8 September 2016.
Sebelumnya, kebijakan ini diharapkan dalam jangka panjang dapat memperdalam pasar keuangan di dalam negeri sehingga dapat menekan tingkat suku bunga perbankan. Pada akhirnya, dengan suku bunga rendah akan mendorong pergerakan ekonomi lebih kencang.
Gundy berujar, meskipun besaran suku bunga BI 7-Day lebih rendah 125 basis points (bps) dari BI Rate, bukan berarti BI telah melonggarkan kebijakannya. "Selisih ini hanya mencerminkan adanya kesenjangan antara BI Rate dan suku bunga pasar jangka pendek," katanya.
Gundy mengatakan justru kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang batas atas (capping) suku bunga deposito yang perlu diperhatikan. OJK saat ini membatasi besaran suku bunga deposito sebesar 75-100 bps di atas BI Rate bagi kelompok bank BUKU III dan IV. Dengan tingkat suku bunga BI Rate Juli sebesar 6,5 persen; maka suku bunga deposito maksimal sebesar 7,25-7,5 persen.
"Jika OJK menggunakan acuan SBI 12 bulan, sebenarnya tidak ada perubahan dalam suku bunga deposito,” tuturnya.
Menurut Gundy, jika suku bunga deposito tak berubah, suku bunga kredit juga tidak akan turun. Adapun selama ini suku bunga kredit hampir bergerak turun sangat lambat meski BI Rate telah dipangkas 100 bps sepanjang 2016. "Ini dapat dipahami mengingat adanya jeda waktu dalam transmisi perubahan kebijakan moneter," ucapnya.
Namun, Gundy mengatakan, dalam jangka panjang, kebijakan baru ini dapat mendukung pendalaman pasar keuangan dan memperkuat struktur pasar uang antarbank, khususnya segmen tenor 3-12 bulan. “Pasar keuangan yang semakin dalam akan menyebabkan biaya dana perbankan menjadi lebih murah sehingga mendorong perbankan menurunkan suku bunga kredit,” ujarnya.
Dengan demikian, dia memprediksi, ke depan, jika suku bunga kredit dapat turun secara signifikan dan pertumbuhan kredit bisa dipacu hingga 15 persen, ekonomi pada 2017 pun akan tumbuh lebih tinggi.
GHOIDA RAHMAH