KAA, Bendera nasional Republik Rakyat Cina. Wikipedia.org
TEMPO.CO, Jakarta - Laporan riset dari Property Guru Group menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam daftar 10 besar negara tujuan investor Cina untuk membeli properti di luar negeri dengan tujuan pendidikan, emigrasi, investasi, dan gaya hidup.
"Para investor properti di Cina tidak dapat membeli properti secara bebas karena peraturan pemerintahnya sehingga mereka memilih negara-negara yang menawarkan keuntungan menarik," demikian Manajer Perwakilan Rumah.com, anak perusahaan Wasudewan, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2016.
Wasudewan mengemukakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke delapan negara yang dianggap investor Cina memiliki ketertarikan di bidang properti dan sejajar dengan Australia, Jepang, serta Kanada.
Berdasarkan perilaku para investor Cina di situs properti juwai.com, riset mengungkapkan bahwa Singapura menjadi pilihan utama dan mengalahkan Amerika Serikat, Hong Kong, dan Taiwan.
Investor lebih menyukai tipe properti perumahan (97 persen) daripada komersial (3 persen), dengan ukuran dua kamar tidur (41 persen). Kebanyakan dari mereka didorong oleh fasilitas pendidikan yang menarik di Singapura.
Wasudewan menjelaskan ada empat motivasi utama investor properti Cina tertarik menanamkan modalnya di luar negeri, yakni pendidikan.
Jumlah pelajar asal Cina di luar negeri terus bertambah dengan komposisi 31 persen pelajar asing di Amerika Serikat atau sekitar 304 ribu pada 2014/2015.
Alasan kedua adalah emigrasi. Beberapa negara menawarkan kewarganegaraan melalui investasi dalam properti. Berbeda dengan program imigrasi biasa, investor berhak melakukan perjalanan dan tinggal di negara tujuan tanpa harus menetap dan tetap membayar pajak.
Kemudian, dikemukakannya, alasan ketiga adalah investasi yang dianggap lebih menguntungkan daripada di Cina sendiri karena harga properti yang relatif mahal. Terakhir, alasan keempat adalah gaya hidup dan pesiar.
"Di Cina, tidak semua masyarakat dapat membeli properti di area tertentu, misalnya investor asal kota Shuzou tidak bisa membeli properti di kita besar, seperti Shanghai atau Beijing, karena ia tidak terdaftar sebagai penduduk kedua kota," catatnya.
Karena itu, ia menambahkan bahwa warga Suzhou lebih memilih berinvestasi di kota-kota besar lain, seperti Singapura atau Sydney yang menawarkan nilai investasi lebih menarik.