TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak di Amerika Serikat kembali anjlok 3 persen pada Rabu, 24 Agustus 2016. Turunnya harga minyak tersebut karena persediaan secara besar-besaran komoditas itu di sejumlah negara konsumen minyak karena khawatir pasokan berlebih.
Data The US Information Administration (EIA) menyebutkan persediaan minyak mentah naik 2,5 juta barel pada pekan lalu. Hal ini jauh di atas prediksi para analis yang memperkirakan persediaan hanya mencapai 500 ribu barel. Pun halnya dengan persediaan bensin dan minyak distilat.
Kondisi tersebut membuat harga minyak dunia yang sempat naik dalam dua pekan terakhir menjadi turun. Salah satunya US West Texas Intermediate (WTI) yang anjlok 2,8 persen atau turun US$ 1,33 menjadi US$ 46,77 per barel. Hal serupa menimpa Brent, yang turun 91 sen atau turun 1,8 persen menjadi US$ 49,05 per barel.
"Lucu membayangkan bagaimana saat ini kita berenang di minyak yang begitu banyak," kata Phil Davis, pedagang minyak di PSW Investments di Woodland Park, New Jersey, seperti dilansir Reuters.
Harga bensin di Amerika menjadi satu-satunya harapan. Harganya dengan perlahan tapi pasti bertahan di tengah pemadaman kilang. Kekhawatiran terjadinya badai di Gulf Coast, tempat instalasi minyak dan gas, juga tak mempengaruhi mereka.
Selama ini, harga minyak terus bergerak fluktuatif seiring dengan sentimen bahwa Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) akan setuju membatasi output dengan negara non-anggotanya. Rencananya, hal ini akan dibahas di Aljazair bulan depan dengan dipimpin Rusia.