TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia II/Indonesia Port Corporation II menyiapkan fasilitas logistik terpadu di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara untuk kegiatan konsolidasi kargo ekspor impor yang bakal terintegrasi dengan kegiatan hinterland atau industri pendukung. Fasilitas logistik terpadu ini untuk menekan biaya logistik dan dwelling time di pelabuhan tersebut.
Direktur Operasi dan Sistem Informasi PT. Pelindo II, Prasetiadi mengatakan akan berkordinasi dengan Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok dan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok terkait penyiapan fasilitas itu yang akan ditargetkan bisa di realisasikan pada triwulan ke empat 2016.
“Fasilitas logistik yang terintegrasi dengan industri itu akan kita siapkan di dalam area Pelabuhan Tanjung Priok. Ditargetkan bisa realisasi pada triwulan ke empat tahun ini karena kita butuh renovasi untuk fasilitasnya dan kordinasi dengan OP Priok maupun Bea dan Cukai setempat terkait penetapan zonasi pabeannya,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa, 23 Agustus 2016.
Prasetiadi mengatakan penyiapan fasilitas logistik secara terpadu di Pelabuhan Tanjung Priok itu merupakan bagian dari program Pelindo II dalam membenahi tata kelola pelabuhan Tanjung Priok sebagai upaya menekan dwelling time dan memberikan biaya logistik yang efesien kepada pengguna jasa pelabuhan.
Prasetiadi mengatakan selama ini kegiatan penanganan logistik khususnya untuk barang impor bersatus less than container load atau LCL masih dikeluhkan pemilik barang. Penyebabnya, fasilitas pergudangannya tersebar di banyak lokasi bahkan hingga ke luar pelabuhan. “Penyiapan fasilitas pusat logsitik terpadu itu juga nantinya dalam rangka menata kegiatan pelayanan barang impor berstatus LCL di Priok,” tuturnya.
Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, I Nyoman Gde Saputra mengatakan instansinya belum menerima konsep resmi atas rencana Pelindo II menyiapkan fasilitas logistik yang terintegrasi dengan industri atau hinterland pelabuhan Priok. “Kami masih menunggu konsepnya programnya seperti apa, namun sepanjang untuk menekan biaya logistik dan efisisensi di pelabuhan Priok tentunya kami dukung,” ujarnya.
Pemerhati Kepelabuhanan yang juga pimpinan PT. Tata Waskita, Wisnu Waskita mengatakan, dengan adanya pusat logistik terpadu ini diharapkan pengawasan barang lebih mudah dilakukan oleh Bea dan Cukai. “Dengan adanya pusat konsolidasi barang secara terpadu di pelabuhan juga memberikan kepastian akan tariff layanan kepada pengguna jasa,” ujarnya kepada Bisnis, 23 Agustus 2016.
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan, fasilitas logistik terpadu sebagai pusat konsolidasi barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok tetap harus mengadopsi pelayanan dengan sistem online dan berbasis IT.
Fasilitas logistik ini juga harus dilengkapi tempat penyimpanan barang yang teratur maupun sistem single billing. “Jika ada fasilitas itu, truk juga bisa langsung menunju tempat terpadu tersebut untuk melayani delivery, gak perlu lagi muter-muter di luar pelabuhan,” ujarnya.