TEMPO.CO, Jakarta - Kecenderungan menguatnya laju dolar Amerika Serikat menjelang rilis data ketenagakerjaan dari bank sentral Amerika atau The Fed membuat sejumlah mata uang cenderung melemah, termasuk rupiah yang kembali melanjutkan pelemahannya.
Menurut Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada, meski cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi US$ 111,4 miliar dari sebelumnya US$ 109,79 miliar, keadaan ini tidak terlalu berdampak terhadap laju rupiah.
"Kini rupiah berada pada kisaran support Rp 13.162 serta resisten Rp 13.108 dengan potensi masih akan ada pelemahan kembali. Tetap cermati sentimen yang ada," ujar Reza Priyambada dalam pesan tertulisnya, Selasa, 9 Agustus 2016.
Di Asia, neraca perdagangan Cina mencatat surplus menjadi US$ 52,3 miliar dari sebelumnya US$ 41,8 miliar, atau berada di atas ekspektasi. Namun, secara individual, nilai ekspor dan impornya justru menurun sehingga menekan yuan. Keadaan itu dimanfaatkan pelaku pasar mengakumulasi dolar Amerika Serikat sehingga membuat lajunya cenderung naik.
Pada prediksi kemarin, Reza menyampaikan bahwa rupiah terlihat masih mencoba berbalik menguat pada akhir pekan lalu, setelah dirilisnya produk domestik bruto (PDB) pada kuartal kedua yang jauh lebih baik dibanding kuartal sebelumnya, yakni tumbuh 5,18 persen, dibanding kuartal yang sama tahun lalu, yakni 4,92 persen.
Meski terdapat potensi penguatan, rupiah masih terhalangi pelemahan mata uang lainnya terhadap dolar Amerika Serikat, sehingga hal itu dapat mempengaruhi laju rupiah.