Sumatera Utara Perlu Dorong Kontribusi Industri Pengolahan

Reporter

Jumat, 5 Agustus 2016 17:24 WIB

Seorang pekerja menyelesaikan proses pengolahan sirip hiu di desa Pabean udik, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (9/1). Ikan hiu memiliki tingkat perkembangbiakkan yang lambat dan rawan punah di habitatnya. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Sumatera Utara dinilai harus lebih memerhatikan dan mendorong kontribusi sektor industri pengolahan jika ingin tren pertumbuhan ekonomi membaik. Alasannya, kendati menduduki urutan kedua dalam kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB), tapi pertumbuhannya cenderung melambat.

Kepala Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Ateng Hartono menyebutkan, pertumbuhan industri pengolahan tercatat berada di urutan kedua terbawah pada semester I/2016 yakni 4,31%.

"Saya pikir Sumut perlu mengembangkan industrinya. Kalau bisa berkembang pesat, industri pasti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut ke depan. Tapi, pencapaian pertumbuhan industri pada semester I/2016 ini sudah lebih baik dari semester I/2015 1,72%," papar Ateng, Jumat (5 Agustus 2016).

Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat ini pertanian, kehutanan dan perikanan masih menjadi kontributor terbesar PDRB Sumut. Adapun, kontribusi tersebut cenderung melambat. Salah satu yang paling memengaruhinya adalah fluktuasi harga beberapa komoditas.

Kendati demikian, untuk mendukung pertumbuhan industri, Pemprov Sumut perlu mendukung pertumbuhan sektor penopangnya seperti pengadaan listrik dan gas serta konstruksi.

"BBM dan ketersediaan gas untuk industri perlu diperhatikan. Ini modal utama pertumbuhan industri. Selain itu, Sumut perlu menjaga pertumbuhan sektor-sektor yang tumbuh pesat dan kontribusi PDRB-nya besar. Untuk yang kecil-kecil, pertumbuhannya perlu ditingkatkan. Dengan cara itu, pertumbuhan ekonomi Sumut akan terjaga bahkan berkembang," tambah Ateng.

Sepanjang semester I/2016, pertumbuhan ekonomi Sumut year on year 5,34% atau meningkat menjadi Rp228,39 triliun dari 4,98% yakni Rp216,81 triliun pada semester I/2015 atas dasar harga konstan (ADHK). Pertumbuhan ini berada di atas nasional 5,08%.

Berdasarkan lapangan usaha, seluruhnya tumbuh. Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib tercatat tumbuh paling tinggi 8,81%, diikuti pengadaan listrik dan gas 8,04% serta jasa pendidikan 7,19%.

"Ini terutama karena ada gaji 13 dan 14. Pengadaan listrik dan gas, terutama karena gas. Pada semester I/2015, sektor ini negatif. Selain itu, tahun ajaran baru juga mendorong pertumbuhan. Inflasi juga cukup terjaga," ucap Ateng lagi.

Sementara itu, struktur perekonomian Sumut masih didominasi tiga sektor yakni pertanian, kehutanan dan perikanan 22,11%, industri pengolahan 19,59% serta perdagangan besar-eceran, reparasi mobil-sepeda motor 17,84%. Adapun, pada kuartal II/2016, pertumbuhan ekonomi Sumut y-o-y 5,67%.

Berdasarkan pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada 6 bulan pertama, masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga 53,16%, diikuti ekspor 38,04%. Konsumsi rumah tangga juga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi 2,53%, diikuti ekspor 2,14%, dan impor 1,5%. PMTB 1,46%, perubahan inventori 0,39%, pengeluaran pemerintah 0,28%.

Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia Sumut Difi A. Johansyah menuturkan, pertumbuhan ekonomi tersebut di atas perkiraan pihaknya yakni 5,21% q to q.

"Ini sejalan dengan perkiraan tapi lebih tinggi. Terutama karena didorong oleh realisasi APBD pemprov yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Ini trigger-nya. Kemudian, membaiknya harga beberapa komoditas seperti kelapa sawit juga ikut mendorong," pungkasnya.


BISNIS.COM

Berita terkait

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

7 jam lalu

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

Selain Indonesia, ada negara-negara lain yang membujuk Tesla untuk berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

8 jam lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

1 hari lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

1 hari lalu

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

Kejaksaan Tinggi membuka peluang mengembangkan kasus dugaan pemerasan Bendesa Adat di Bali.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

2 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

2 hari lalu

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

Kejaksaan Tinggi Bali menangkap seorang Bendesa Adat karena diduga telah memeras seorang pengusaha untuk rekomendasi izin investasi.

Baca Selengkapnya

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

3 hari lalu

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan groundbreaking keenam di IKN dilakukan akhir Mei atau awal Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

3 hari lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

4 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

4 hari lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya