TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, 2 Agustus 2016, bergerak melemah sebesar 10 poin menjadi 13.067 dibanding sebelumnya di posisi 13.057 per dolar Amerika Serikat.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus, di Jakarta, Selasa, 2 Agustus 2016, mengatakan dolar Amerika bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah, menyusul langkah bank sentral Jepang yang hanya menyetujui langkah stimulus keuangan moderat.
"Situasi itu mengecewakan pelaku pasar global yang berharap pelonggaran lebih agresif untuk mendukung perekonomian global," ucap Agus.
Kendati demikian, menurut Agus, penguatan dolar Amerika masih rapuh setelah data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal kedua 2016 menunjukkan kenaikan hanya 1,2 persen, masih di bawah harapan.
Selain itu, ujar Agus, aktivitas manufaktur Amerika juga turun ke level 52,6 pada Juli dari 53,2 pada bulan sebelumnya, juga di bawah perkirakan pasar yang sebesar 53,0 di Juli.
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, menuturkan data inflasi Juli 2016 yang dirilis relatif terjaga serta eforia dari kebijakan perombakan susunan Kabinet Kerja dan amnesti pajak yang masih berlangsung akan menjaga fluktuasi mata uang domestik untuk bergerak stabil.
"Pelemahan rupiah cenderung terbatas. Masih ada potensi bagi mata uang domestik untuk kembali mengalami apresiasi terhadap dolar Amerika," ucap Lukman.