Presiden Joko Widodo berbincang dengan Perdana Menteri Selandia Baru John Key saat kunjungan kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, 18 Juli 2016. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
TEMPO.CO, Cikarang - Bibit sapi perah dan potong asal Selandia Baru akan segera masuk Indonesia. "Diperkirakan akan masuk tahun ini," kata Menteri Perdagangan Selandia Baru Todd McClay di Cikarang, Jawa Barat, Selasa, 19 Juli 2016. "Pakai skema business-to-business."
Impor sapi asal negara tersebut merupakan tindak lanjut pertemuan Perdana Menteri Selandia Baru John Key dengan Presiden Joko Widodo pada Senin, 18 Juli 2016, di Istana Negara. "Ini salah satu kesepakatan dari hasil pembicaraan yang sangat produktif antara pemerintah kami dan Indonesia," ucap McClay.
Dalam kunjungan kerja PM Selandia Baru John Key di Indonesia, kedua negara bersepakat meningkatkan perdagangan dari hanya US$ 1 miliar per tahun menjadi US$ 4 miliar per tahun hingga 2024. Penyediaan bibit sapi ini, menurut McClay, adalah buah dari keinginan Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat susu sapi dan produk turunannya (dairy) di Asia Tenggara.
Namun McClay belum bisa memastikan berapa banyak bibit sapi yang bakal didatangkan ke Indonesia. "Tergantung perusahaan di Indonesia yang meminta. Nanti yang mengekspornya perusahaan asal negara kami."
Saat ini, ujar McClay, stok bibit sapi untuk sapi perah dan potong di Selandia Baru melimpah. "Kami bisa memenuhi permintaan Indonesia."
John Key sendiri menganggap kesepakatan baru ini mengakhiri sengketa soal pembatasan impor sapi oleh Indonesia dari negaranya. Pada 2014, Selandia Baru mengadu ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait dengan pembatasan impor dan rumitnya birokrasi di Indonesia yang mengakibatkan ekspor sapi dan produk hortikulturanya merosot drastis.
Indonesia, tutur Key, merupakan pasar terbesar kesembilan bagi Selandia baru. Namun pemberlakuan volume impor berbasis kuota sejak 2011 oleh pemerintah Indonesia membuat ekspor dari Selandia Baru menurun. Kesepakatan lain yang dicapai kedua pemerintah adalah program pelatihan di sektor peternakan untuk meningkatkan produksi daging dan sapi Indonesia.
"Pertemuan dan kesepakatan perdagangan ini semakin mempererat hubungan kedua negara. Kami akan mendukung Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya," ujar Key.