Nilai Investasi Kilang Tangguh III Turun dari Prakiraan
Editor
Retno Sulistyowati
Jumat, 1 Juli 2016 19:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan proyek perluasan kilang gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) Tangguh Unit III di Teluk Bintuni, Papua Barat, mulai dikebut. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan nilai investasi proyek ini turun dari prakiraan.
"Prediksi awal US$ 12 miliar. Setelah tender engineering, procurement, & construction (EPC), jadi US$ 8 miliar," ucap Amien saat pencanangan proyek di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, Jumat, 1 Juli 2016.
Ia menjelaskan, penurunan nilai investasi lantaran harga minyak dan gas dunia sedang rendah. Kendati demikian, Amien menjamin kualitas proyek tetap sama. Ia telah menguji dua konsorsium. Kontraktor pelaksana EPC sekaligus final investment decision (FID) untuk mencegah perbedaan hasil, biaya, dan kualitas. "Kami yakin terjaga."
Tender Kilang LNG Tangguh III dilakukan sejak 2014. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said berujar, proyek berjalan sesuai dengan jadwal. Menurut dia, perluasan kilang kali ini bebas dari cawe-cawe politik. "Hitungan seluruh aspek komersial dan business line, tidak ada yang lain."
BP Berau Ltd selaku kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) menjadi operator mitra SKK Migas dalam proyek ini. BP juga menggandeng MI Berau BV, pemilik 16,30 persen saham; CNOOC Muturi Ltd, pemegang 13,90 persen saham; Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd, pemilik 12,23 persen saham; KG Berau atau KG Wiriagar, pemegang 10 persen saham; Indonesia Natural Gas Resourcea Muturi Inc, pemegang 7,35 persen saham; dan Talisman Wiriagar Overseas Ltd dengan sahamnya sebesar 3,06 persen.
Adapun perluasan kilang yang dibangun berupa dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga LNG baru, dan infrastruktur lain. Sedangkan pemenang tender untuk paket on shore adalah konsorsium CSTS, dengan Tripatra Engineer and Contractors sebagai pimpinannya. Total nilai kontrak sebesar US$ 2,43 miliar. Untuk pembangunan anjungan lepas pantai (off shore) akan dilakukan PT Saipem Indonesia dengan nilai kontrak US$ 448 juta. PT Agcia Pertiwi akan mengerjakan pipa dengan kontrak US$ 60 juta dolar. Sedangkan pengerjaan mesin turbo dilakukan General Electric dan Nuovo Pignone.
Nantinya kilang Tangguh III bakal menyumbang 3,8 juta ton per tahun (mtpa) terhadap kapasitas produksi kilang LNG Tangguh yang sebelumnya mencapai 7,6 juta ton per tahun. Jadi total kapasitas kilang menjadi 11,4 juta ton per tahun.
Presiden BP Wilayah Asia-Pasifik Cristine Vercher menuturkan 75 persen produksi tahunan LNG dijual kepada PT PLN (Persero). Angka itu setara dengan 3.000 megawatt listrik. "PLN menjadi konsumen terbesar," ucapnya. Christine yakin pembangunan kilang baru akan berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. "Akan ada pertumbuhan tenaga kerja hingga 85 persen hingga 2029," ujarnya.
Direktur Jenderal Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja menuturkan proyek ini juga akan menyumbang pasokan listrik bagi Papua sebesar 20 million standard cubic feet per day (mmscfd) atau setara 100 megawatt. Selain itu, sebanyak 90 mmscfd bakal dialokasikan untuk pabrik pupuk.
Wakil Gubernur Papua Barat Irene Manibuy menilai pembangunan Tangguh III lebih bermanfaat dibanding kilang sebelumnya. "Dulu kami kurang mendapat perhatian. Di Tangguh III, kami diberi kesempatan. Ini membuat Papua Barat menjadi kawasan industri khusus yang terpusat di Fakfak dan Bintuni."
PUTRI ADITYOWATI